Search
Close this search box.
Para aktivis hak kelompok gay AS di California mengosongkan botol-botol vodka Rusia ke selokan sebagai protes atas adanya UU anti-gay di Rusia (foto: dok).
Para aktivis hak kelompok gay AS di California mengosongkan botol-botol vodka Rusia ke selokan sebagai protes atas adanya UU anti-gay di Rusia (foto: dok).

Suarakita.org- Human Rights Watch (HRW) menyatakan pihak berwenang Rusia gagal memenuhi kewajiban mereka mencegah kekerasan terkait homofobia dan menindaknya.

Organisasi HAM tersebut Senin menyatakan kian banyak lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang diserang dan dilecehkan di Rusia sejak undang-undang “propaganda” yang kontroversial tahun 2013, yang efektif melegalisasi diskriminasi terhadap kalangan LGBT dan menyisihkan mereka sebagai warganegara kelas dua.

Laporan setebal 85 halaman berjudul License to Harm: Violence and Harrasment Against LGBT People and Activists in Russia itu didasarkan pada puluhan wawancara dengan LGBT dan aktivis di 16 kota di Rusia yang menghadapi serangan atau pelecehan karena orientasi seksual atau identitas gender mereka.

Tanya Cooper, peneliti HRW di Rusia, mengatakan kekerasan terhadap LGBT di Rusia “jelas dilatarbelakangi oleh homofobia, tetapi pihak berwenang sengaja mengabaikan ini sebagai kejahatan bermotif kebencian dan gagal melindungi para korban.”

HRW mendapati bahwa alih-alih mengecam kekerasan dan retorika anti-LGBT, pemimpin Rusia malah tetap bungkam atau, dalam beberapa kasus, terlibat dalam pidato kebencian terang-terangan terhadap LGBT.

Laporan ini mengutip pembawa berita terkemuka Dmitry Kiselyov yang mengatakan di stasiun televisi pemerintah tahun lalu bahwa mendenda orang-orang gay karena propaganda homoseksual di kalangan remaja tidaklah cukup.

Kiselyov mengatakan orang-orang gay harus dilarang mendonorkan darah dan sperma. Dan jantung mereka, bila terjadi kecelakaan mobil, harus dikubur dalam tanah atau dibakar karena tidak cocok bagi kelangsungan kehidupan.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulangkali membantah tuduhan bahwa kalangan LGBT dianiaya di Rusia. Sejak menduduki masa jabatan ke-tiga kalinya pada tahun 2012, Putin mendesakkan agenda yang semakin konservatif, dalam upaya mendorong Rusia menjadi antitesis negara-negara Barat.

Sumber: VOA