Suarakita.org- “Kami hanya ingin waria yang dianggap sampah oleh masyarakat, bisa menunjukan kepada mereka dengan aksi nyata bahwa waria juga bisa membantu dan berguna bagi sesama”, ujar Kikan, waria komunitas IWIG.
Hari Raya Idul Adha 1435 Hijriah terasa berbeda untuk dua komunitas LGBT di gorontalo yaitu Binthe Pelangi Gorontalo (BPG) dan IWIG (Ikatan Waria Indonesia Gorontalo). Karena Idul Adha kali ini, teman-teman waria dan gay di Provinsi Gorontalo dapat melaksanakan kegiatan penyembelihan hewan qurban sekaligus menampilkan identitas gender mereka sebagai gay dan waria berdampingan dengan warga masyarakat dan para pemuka agama setempat.
Sebuah makna sederhana tentang berqurban yang disampaikan oleh teman-teman waria, bahwa berqurban adalah saatnya mengikhlaskan diri untuk memaafkan dan berbagi. Menyangkut masalah orientasi seksual dan identitas gender yang masih menjadi perdebatan di masyarakat umum, teman-teman waria dan gay juga berpendapat bahwa, sudah saatnya kita saling ikhlas memaafkan ketidak pahaman masyarakat awam tentang definisi waria dan gay, dengan begitu, stigma negatif yang ada pada masyarakat dan pemuka agama setempat pasti akan terkikis, pelan tapi pasti.
“Walaupun masyarakat masih ada yang memberikan stigma negatif kepada waria dan gay, minimal, kami tidak pernah merugikan mereka, berbuat baik saja itu sudah cukup”, ungkap Dheandra, waria dari komunitas IWIG
Seminggu sebelum Idul Adha, teman-teman waria dan gay di Gorontalo menggalang dana seikhlasnya untuk membeli seekor sapi yang akan disembelih. Penggalangan dana dilakukan di beberapa komunitas LGBT mulai dari Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, sampai di Kecamatan Batudaa. Teman-teman waria dan gay yang dating dari berbagai profesi sangat antusias untuk ikut serta dalam proses penggalangan dana tersebut. Seekor sapi seharga 12 juta pun menjadi hasil dari penggalangan dana teman-teman gay dan waria di Gorontalo.
Ada cerita menarik ketika teman-teman waria dan gay mendaftarkan dan meminta izin kepada pihak masjid untuk melaksanakan penyembelihan hewan qurban. Ternyata para pemuka agama, Imam masjid tersebut, sampai masyarakat sempat kaget dan heran ketika teman-teman waria dan gay mempunyai kemauan dan keberanian yang sangat besar untuk beribadah dan melakukan hal positif. Akhirnya stigma negatif yang ada pada pemuka agama dan masyarakat awam berubah menjadi pembelajaran berharga bahwa semua manusia adalah sama dan tidak berbeda dimata Tuhan, semua manusia bisa beribadah dan berbuat baik untuk sesama, termasuk teman-teman waria dan gay.
Selama proses pemotongan hewan qurban, teman-teman gay, waria dan lesbian hadir dengan identitas gender masing-masing berdampingan dengan pemuka agama dan masyarakat umum. Proses pembagian hasil hewan qurban sudah tersalurkan melalui kupon yang berjumlah 171 kupon yang akan dibagikan kepada sesama LGBT yang membutuhkan, lansia, janda, yatim piatu, dan panti jompo.
Harapan sederhana teman-teman waria dan gay di Gorontalo adalah, dengan berbuat baik kepada sesama dapat menghapus stigma negatif tentang orientasi seksual dan identitas gender LGBT pada masyarakat umum khusunya di Gorontalo. Sekaligus menjadi pembelajaran bersama untuk teman-teman sesama LGBT di luar Gorontalo, bahwa kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan pasti akan menghapus sedikit demi sedikit stigma negatif pada masyarakat. Pada saatnya nanti, teman-teman LGBT akan bisa menghapus stigma negatif pada masyarakat sepenuhnya. (Ardian RH)