Kematian Kesekian
*Dewi Nova
Mulanya mereka menyiksa kekasihku yang lelaki
dari malam hingga adzan subuh
di surau yang dikelilingi mata dan telinga penduduk
Perempuan kekasihku menggigil diminta nomor hp
(“asal jangan diminta tubuhnya, seperti di penjara-penjara syariah” pikir kekasihku)
Siangnya
kutemukan kekasih telah jadi pengantin
agar puan tak dicambuk
didera tanda seumur hidup
(“bunga-bunga yang kau titip telah binasa waktu rumah diserang pengawas moral,” bisik kekasih)
Menitik air mataku untuk bunga-bunga yang gugur
Juga kematian pikiran di nadi moral yang dijadikan hukum
Kini mereka memburu kekasihku yang perempuan
Sesiapa bercinta sesama puan
Sesiapa bercinta sesama lelaki
Sepenuhnya dibawah kuasa cambuk mereka
Mulanya api peranglah yang menghilangkan anak-anak mereka
Lalu ombak Tsunami menelannya
Kini hukum-hukum yang mereka buatlah
yang mehilangkan anak-anak mereka dari ibu kandung tanah airnya
Aceh di bawah Qanun Jinayat 201- Aceh, September 4
*Dewi Nova, Penulis buku Perempuan Kopi dan Kumpulan Puisi Burung-burung Bersayap Air