Search
Close this search box.
Sebuah plakat yang dibawa mereka yang menghadiri konser di sela-sela konprensi AIDS di Melbourne. (Photo: David Kim)
Sebuah plakat yang dibawa mereka yang menghadiri konser di sela-sela konprensi AIDS di Melbourne. (Photo: David Kim)

Suarakita.org- Dengan bantuan dana dari Departemen Luar Negeri Australia (DFAT), Indonesia akan meluncurkan program Test and Treat (Uji dan Obati) bagi orang-orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Peresmian program ini dilakukan di Melbourne hari Selasa (22/7/2014) dihadiri Menteri Kesehatan Indonesia Nafsiah Mboi.

Selain DFAT, lembaga lain di Australia yang terlibat dalam proyek ini adalah Kirby Institute yang berkedudukan di Sydney.

Dalam keterangannya kepada sekitar 100 orang yang hadir di Club 23 Crown Towers, Prof David Cooper dari Kirby Institute menjelaskan pentingnya proyek Uji dan Obati ODHA di Indonesia tersebut.

“Saat ini adalah lebih dari 400 ribu ODHA di Indonesia. Dalam tahun-tahun belakangan, epidemik HIV ini tidak lagi berasal dari mereka yang menggunakan jarum suntik, namun lewat hubungan seksual.” kata Prof Cooper.

Dan lima kelompok masyarakat yang paling mungkin terpajan virus tersebut, menurut Prof Cooper adalah: pria homoseksual, pria yang melakukan hubungan seks dengan pria lainnya, waria, pekerja seks wanita dan klien mereka, dan mereka yang menggunakan jarum suntik narkoba.

Proyek ini diluncurkan juga sebagai proyek riset yang akan berlangsung selama empat tahun, bekerja sama dengan tiga universitas di Indonesia, Universitas Padjadjaran Bandung, UGM Yogyakarta dan Universitas Udayana Denpasar, yang untuk pertama kalinya akan melihat strategi melakukan uji dan pengobatan terhadap ODHA.

“Jadi nantinya, kita akan melakukan tes terhadap beberapa kelompok masyarakat yang rentan akan terpajan virus tersebut. Kalau ada yang positif, mereka langsung diberi pengobatan. Di tahun pertama, kita akan memantau dulu apa yang terjadi, jadi kita akan mengumpulkan data atas langkah uji dan obati tersebut.” kata Dr Yanri Subronto dari UGM Yogyakarta yang terlibat dalam proyek ini.

Diharapkannya, dalam di tahun pertama, mereka akan menangani sekitar 400 ODHA yang sudah positif dari hasil tes yang dilakukan.

“Kita juga ingin mengetahui dengan jelas berapa jumlah ODHA  secara keseluruhan di Indonesia.” tambah Dr Yanri kepada wartawan ABC L. Sastra Wijaya.

Menurut pengajar dari Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta ini, salah satu tantangan besar dari proyek ini adalah menjangkau kelompok masyarakat yang beresiko tinggi terpajan virus tersebut untuk mau melakukan tes.

Dalam sambutan singkatnya, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyambut baik keterlibatan berbagai lembaga internasional untuk membantu Indonesia untuk mengurangi penyebaran virus tersebut.

Menkes secara khusus mengharapkan bahwa program ini bisa diperluas tidak saja dilakukan di tiga daerah, Jawa Barat, Yogyakarta dan Bali. “Mungkin nanti bisa diperluas dan dilakukan di Kaltim, Banten dan tempat lain dimana penyebaran virus banyak juga terjadi.” kata Menkes.

Sumber : radioaustralia.net.au