Search
Close this search box.

Surat Untuk Tuhan

Oleh : Erky Ardiansyah

Suarakita.org- Tuhan, Saya enggak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada diri saya. Setiap membuka mata di pagi hari, saya selalu merasa ketakutan. Ketakutan itu bertambah ketika saya harus mandi, melihat tubuh saya tanpa sehelai benang pun. Kenapa tubuh saya seperti ini? Meskipun saya terlahir memiliki tubuh yang lengkap tanpa cacat. Tapi, ketakutan itu selalu menghantui saya. Ya! saya takut pada kenyataan bahwa saya terlahir dengan tubuh perempuan.

Hari-hari pun terasa semakin berat buat saya. Bagaikan memikul beban seberat ribuan ton di punggung saya. Saya malu jika harus berdandan dan berpakain perempuan. Hal itu justru membuat saya merasa seperti ditelanjangi di depan umum. Namun, jika saya berpakaian seperti laki-laki seluruh dunia seolah-olah menghujat.

Saya kesal dengan tonjolan yang ada di dada saya. Ingin sekali saya buang!

Saya menderita setiap bulannya karena siklus haid. Ingin saya berhentikan aliran darah itu seumur hidup saya.

Telinga saya gatal jika ada yang mengatakan “kamu cantik.” Saya tidak pernah nyaman dengan kata-kata itu. Bahkan saya tidak nyaman jika harus dipanggil dengan nama pemberian orang tua saya sejak lahir. Nama seorang perempuan.

Entah kenapa saya merasa bahwa sebagian tubuh saya juga dimiliki oleh laki-laki. Badan kekar, kumis, rambut-rambut halus di tubuh, suara berat, hingga jakun kecil. Saya pun tidak mengerti kenapa semua itu terjadi pada saya.

Saya tidak memiliki hasrat pada pria, tetapi saya mudah jatuh hati pada wanita.

Semua ini membuat saya tidak nyaman dalam menjalani hidup. Seperti ada yang salah. Saya laki-laki yang terjebak dalam tubuh perempuan. Apakah sesungguhnya saya ini memang seorang laki-laki?

Tuhan,

Saya berusaha menjalani hidup yang nyaman buat saya. Yang tidak membuat saya tertekan. Saya mencoba tampil sebagai pria, walau belum sempurna. Tetapi, semua itu menimbulkan hujatan berikutnya. Orang bilang saya berdosa karena melawan kodrat-Mu. Hina, tidak normal! Saya dipandang sebelah mata, dikucilkan, bahkan tidak diberikan kesempatan untuk bekerja. Bahkan oleh keluarga sendiri. Dosakah saya menjadi diri sendiri?

Tuhan,

Saya percaya bahwa Engkau tidak pernah salah. Tidak akan Engkau berikan cobaan jika umat-Mu tidak bisa melewatinya. Saya pun yakin bahwa Engkau tidak akan memberikan penyakit jika tidak ada obatnya.

Saya adalah bukti kebesaran dan kuasa-Mu. Di luar sana pun masih banyak teman-teman yang bernasib sama seperti saya. Dari situ saya sadar kalau saya tidak sendirian. Sungguh besar kuasa-Mu menciptakan beragam jenis manusia di dunia ini. Sayangnya, masih banyak yang tidak menyadari kebesaran-Mu ini. Manusia hanya mengenal dua jenis kelamin, pria dan wanita. Lalu, bagaimana dengan saya? Apakah saya tidak pantas untuk berada di tengah-tengah manusia lainnya?

Tuhan,

Saya percaya bahwa Engkau selalu punya rencana. Misteri yang tiada seorang manusiapun yang tahu. Banyak orang bilang bahwa pertanda akhir zaman adalah dengan munculnya orang-orang seperti saya. Jika memang itu takdir yang Engkau tuliskan untukku, saya ikhlas menjalaninya.

Tuhan,

Izinkan saya untuk selalu dekat dengan-Mu.

Beribadah sesuai dengan perintah-Mu.

Menjauhi semua larangan-Mu.

Sebagai seorang laki-laki.

Saya yakin Engkau menciptakanku sebagai seorang priawan bukanlah tanpa jalan keluar. Jika ini memang penyakit, berikanlah jalan padaku untuk mengobatinya. Saya selalu berdoa agar saya dapat menjadi seorang laki-laki sepenuhnya. Tanpa adanya diskriminasi, pelecehan, dan pembatasan untuk berkarya.

Tuhan,

Yang saya inginkan adalah penerimaan dari orang-orang yang ada di sekitar saya. Toh saya tidak mencuri, membunuh, atau menyakiti orang lain. Kenapa mereka selalu menjadikan saya pengecualian? Saya memang berbeda, tetapi perbedaan bukanlah selamanya merupakan hal yang buruk.

Keadaan ini membuat saya berjuang lebih keras dari orang lain. Hidup dalam rantai diskriminasi bukanlah hal yang mudah. Seolah-olah seluruh dunia memandang saya dengan penuh kebencian. Saya memilih untuk keluar dari zona nyaman saya, demi menjalani hidup sebagai transgender. Saya tidak ingin hidup dengan topeng sambil menahan sakit. Saya ingin melepaskan topeng dan tumbuh menjadi seorang yang kuat.

Tuhan,

Terima kasih karena telah menciptakan saya sebagai orang yang berbeda. Seorang transgender. Ini adalah hadiah yang Engkau berikan pada saya. Hadiah untuk tumbuh menjadi seorang yang lebih kuat, mau berjuang, dan mau berusaha. Karena kebahagiaan batin bukanlah hal yang bisa dibeli. Tunjukkanlah jalan-Mu untukku agar menjadi seorang laki-laki sejati. Dengan menyebut nama-Mu, saya melangkah untuk menjalani pengobatan. Proses penyesuaian gender.

Saya tahu bahwa ini bukanlah proses yang pendek. Perjalanan saya masih sangat panjang untuk menjadi laki-laki seutuhnya. Saya serahkan seluruh langkah ini kepada-Mu. Engkaulah sang Maha Pencipta yang berkuasa pada seisi jagat raya. Saya percaya jika Engkau merestui jalan ini, maka seisi jagat raya pun akan merestuinya.

Jadikanlah saya laki-laki yang selalu mendapatkan cahaya-Mu. Agar saya tidak tersesat dalam kegelapan hidup. Seorang imam yang kelak akan memimpin keluarganya. Suami yang bertanggung jawab pada istrinya, dan ayah yang dapat mendidik anak-anaknya untuk taat pada-Mu.

 

Jakarta, 7 Mei 2014