Search
Close this search box.

Cerita Seorang Ibu Yang Bahagia Anaknya Diadopsi Oleh Pasangan Gay

Suarakita.org- Aku membuat keputusan tersulit dalam hidupku. Cerita dimulai beberapa tahun yang lalu. Aku hamil. Aku pandangi hasil test itu, berharap hasilnya berubah. Ketika aku sadar bahwa test itu tidak akan berubah dan aku pun ketakutan.

Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tahu aku tidak siap. Aku tidak mampu merawat  anak ini. Setidaknya, bukan seperti ini yang aku inginkan dalam membesarkan anak. Aku ingin anakku memiliki apa yang tidak aku miliki ketika aku beranjak dewasa.

Aku pun memutuska apa yang harus aku lakukan. Aku harus memberikan anakku kehidupan yang lebih baik dari yang bisa aku berikan.  Aku pun menelusuri segala bentuk pilihan berkaitan dengan adopsi. Aku mengunjungi situs-situs adopsi dan beberapa tempat dan semuanya terlihat tidak begitu baik.

Kemudian secara tidak sengaja aku menemukan sebuah situs yang dikelola oleh pasangan sejenis dan aku mempelajari tentang open adoption, sebuah kesepakatan adopsi di mana  orang tua kandung si anak diperbolehkan untuk tetap tahu perkembangan si anak. Setelah itu aku melihat sekilas  orang tua adopsi yang memungkinkan dan ada satu pasangan, Matt dan Trey, yang menarik perhatianku. Mereka terlihat sedikit lucu dan mereka tampak  bahagia menjalani relasinya.

Aku meneliti profil mereka dan menonton video mereka yang sedang mewawancarai kucing mereka membahas bagaimana rasanya menjadi saudara perempuan tertua. Hal itu  sangat mengingatkanku akan keluargaku dan langsung saja aku tahu kalau mereka adalah pasangan sempurna.

Setelah aku dan mereka saling kenal dan seiring berjalannya waktu, mereka seperti bagian dari keluarga. Kemudian beberapa bulan berlalu, aku hampir siap. Di kepalaku, aku tahu apa yang perlu aku lakukan namun dadaku terasa sesak. Secara emosi, aku tidak siap sama sekali.

Kemudian kontraksi pertama aku rasakan. Aku takut sekali. Aku tidak siap untuk melepasnya. Aku ingin anakku tetap di rahimku dan tidak keluar. Namun, realita berkata lain. Saat itu aku sedang cek kehamilan bulanan setelah tidak aktif bekerja  selama 11 hari.

Dokter pun memeriksaku, dia bilang  beberapa kata yang sangat tidak aku ingin dengar saat ini. Dia bilang bahwa aku akan melahirkan malam ini. Aku takut sekali namun berusaha setenang mungkin di saat yang sama.

Semua tidak berjalan baik.  Aku tidak mempersiapkan semua.  Mendekati waktu persalinan, itu menjadi sangat luar biasa. Aku berbaring di tempat tidur rumah sakit, mencoba untuk mengendalikan pikiranku dan menunggu para perawat untuk memberikan aku kondisi terkini  tentang persalinanku

Aku pikir aku tidak bisa melakukannya,  ini tampak nyata. Kemudian, ayah biologis  anakku masuk ke ruangan dan dengan caranya menenangkan aku. Lelaki itu mendampingiku sepanjang proses kehamilan dan aku sangat bahagia ketika dia datang saat persalinanku.

Sungguh, kehamilanku adalah kehamilan yang sulit dengan banyak keputusan sulit.  Aku tidak tahu bagaimana aku bisa menjalani proses kehamilan bila tanpanya.  Beberapa jam kemudian, kami sambut kehadiran putri kami ke dunia, pada 19 Agustus 2013.

Setelah itu, aku habiskan malam dengan putriku. Aku tidak bisa tidur. Aku terbangun oleh sekecil apapun suara yang anakku buat.  Keesokan harinya aku menunggu kedatangan Matt dan Trey.  Rasanya lama sekali bagi mereka untuk sampai ke rumah sakit.

Kemudiaan mereka pun sampai dan aku senang sekali bereka bersamaku. Akupun  menghabiskan  seminggu berikutnya dengan  merek. Selama sepekan itu, ayah biologis anakku dan aku  menandatangani nota final adopsi.

Itu adalah hal tersulit untuk dilakukan. Hanya mendengar apa yang terjadi. Lebih mudah bila tidak membicarakan tentang itu.  Setelah aku menandatangani itu, aku mulai panik. Aku mencoba dengan sangat kuat untuk tetap kuat.  Aku tidak akan membiarkan diriku menjadi egois, apalagi bila menyangkut tentang putriku.

Aku terus menyakinkan diriku bahwa aku mencintai anakku dan ini adalah hal terbaik yang paling mungkin bisa kulakukan untuk anakku.  Setelah Matt, Trey dan anakku pergi, aku bisa merasakan hatiku hancur. Aku tidak mau berpisah. Aku tidak ingin mereka pergi.

Aku tahu bahwa aku bisa menemui mereka lagi segera. Tapi aku tidak yakin. Aku pikir kami akan sulit untuk bicara. Hmm.. aku salah. Aku berbincang dengan mereka setiap hari dan kapanpun. Kami bertmeu ketika kami bisa dan aku menerima foto-foto anakku hampi tiap hari.

Aku bisa melihat anakku tumbuh. Aku sangat senang dengan konsep open adoption ini. Itu sangat membantu aku agar tetap bisa menjadi ibu. Itu memang sulit namun  namun itu adalah tantangan sehari-hari. Aku sangat senang atas relasiku dengan Matt dan Trey dan khusunya dengan anakku.

Awalnya aku sangat takut ini akan menjadi mimpi buruk, namun aku salah. Kini keluargaku semakin besar. (Gusti Bayu)

Sumber: Huffington Post