Suarakita.org- Brasil tetap menjadi negara yang marak kekerasan domestik dan perilaku negatif terhadap perempuan. Sebuah proyek di Sao Paulo menawarkan bedah plastik gratis bagi korban kekerasan domestik
Bekas lukanya mengingatkan Jaqueline Santos Oliveira atas kekerasan yang ia alami di tangan pacarnya. Namun traumanya tidak berhenti di situ: orang-orang melihatnya dengan aneh.
Menurut data pihak berwenang, separuh perempuan di Brasil pernah menjadi korban kekerasan domestik. 70 persennya dilakukan oleh suami atau kekasih korban.
Di Sao Paulo, Masyarakat Bedah Plastik Brasil (SBCP) bekerjasama dengan LSM ‘The Bridge’ menawarkan kesempatan bedah plastik gratis kepada korban kekerasan. Jaqueline Santos Oliveira dan Roseneide Fernandes da Silva telah mendapatkan perawatan di bawah kerjasama ini.
Ditusuk di tengah jalan
Oliveira yang berusia 26 tahun sudah melewati operasi pertamanya, dan rangkaian operasi berikutnya akan menyusul. “Begitu semua bedah yang diperlukan sudah dijalani, saya akan kembali merasa normal lagi,” ujarnya.
Empat tahun lalu mantan kekasihnya menusuk Oliveira di sebuah pom bensin di Sao Paulo. Ia selamat, namun butuh waktu lama hingga dirinya bisa kembali hidup dengan normal.
Selama hampir dua dekade, Roseneide Fernandes da Silva harus merasakan sakit akibat luka yang ia derita saat seseorang mencoba membunuhnya. Saat itu ia berusia 18 tahun, dan tangannya luka serius karena ia berusaha menutupi wajahnya dari dua tembakan.
Bertahun-tahun da Silva keluar masuk rumah sakit. “Kulit saya terus-terusan terkena infeksi. Kulit lengan saya bolak-balik diambil,” jelasnya. Setiap kali ia dioperasi, da Silva merasa seakan dirinya kembali berhadapan dengan moncong pistol, tambahnya.
Da Silva pun kesulitan dalam membengkokkan sikunya. Setelah mendapat bedah gratis, perempuan berusia 37 tahun ini bisa bergerak dengan bebas lagi. “Ketika saya bisa menggerakkan lengan saya lagi untuk pertama kalinya, saya menangis saat itu juga di meja operasi.”
Menyembuhkan jiwa
Menurut hukum Brasil, kedua perempuan tadi sebenarnya berhak mendapatkan bedah plastik gratis di bawah sistem medis negara.
Namun daftar tunggunya sangat panjang. Program khusus semacam ini dimaksudkan untuk mempercepat perawatan bagi mereka yang menderita luka paling parah akibat kekerasan domestik.
Lourdes Maria Bandeira dari sekretariat Kebijakan untuk Perempuan mengatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan didorong oleh perilaku sosial yang salah. “Pandangan paternalistik yang begitu kental di Brasil ironisnya justru berujung pada kaum perempuan yang disalahkan atas kekerasan yang menyakiti mereka,” ungkap Bandeira.
Oliveira mengatakan dirinya mengalami perilaku semacam ini dari polisi yang datang saat ia diserang. “Mereka bilang ini salah saya karena bergaul dengan lelaki seperti mantan pacar saya,” Oliveira berkisah kepada DW.
Kedua perempuan mengatakan kehidupan sudah kembali normal bagi mereka, namun pemulihan sepenuhnya adalah sebuah proses yang panjang. “Sekarang akhirnya saya merasa seperti hidup kembali,” tutur da Silva, sembari menyeka air mata. “Semuanya berjalan lancar, tapi saya akan terus berjuang.”
Sumber : dw.de