Suarakita.org– Pemutaran Film dialam terbuka/layar tancep diadakan di Perum Produksi Film Negara, 29 Maret 2014. di Jalan, Otista. Jakarta Timur. Film berjudul “Bernafas Dalam Lumpur” dan “Benyamin Biang Kerok”, jadi bagian dari rangkaian kegiatan memperingati hari jadi perfilman Indonesia yang ke 64.
Film “Bernafas Dalam Lumpur” bercerita tentang seorang perempuan bernama Supinah diperankan oleh Suzana. Supinah terpaksa meninggalkan anaknya di kampung untuk mencari suaminya yang sudah lama berusaha di Jakarta. Harapannya pupus setelah mengetahui bahwa suaminya sudah menikah lagi dan malah mengusirnya.
Dalam keadaan terlunta-lunta, ia terperangkap dalam jaringan perdagangan perempuan. Pertemuannya dengan Budiman (Rachmat Kartolo), anak orang berada yang bertaruh dengan kawan-kawannya agar membawa pacar pada suatu pesta, adalah awal dari perubahan perjalanan hidup Supinah. Lewat liku-liku peristiwa yang dialami Supinah dan Budiman, akhirnya mereka menikah di kampung halaman Supinah.
Film “Bernafas Dalam Lumpur” yang dirilis tahun 1970 ini sempat cukup laris dan menghebohkan Industri perfilman ditahun 70an. Selain itu film ini sempat dilarang beredar di Bandung karena menampilkan dialog-dialog kasar dan adegan vulgar. Namun bila dilihat sejarahnya adegan vulgar sudah muncul diperfilmnan Indonesia pada tahun 1954 lewat film Harimau Tjampa yang disutradari oleh D. Djajakusuma dengan bintang utama Nurnaningsih. Dan film Harimau Tjampa didapuk membawa pulang skenario terbaik pada perhelatan Festifal Film Indonesia pertama tahun 1955.
Dan Film kedua “Benyamin Biang Kerok”. Bercerita tentang seorang lelaki bernama Pengki (Benyamin S.) selalu mengerjai majikannya, Johan (A.Hamid Arief), istrinya dan mertuanya. Dengan licik ia menjual bensin mobil, berlagak jadi tuan besar dengan mobil tuannya dan merayu gadis-gadis cantik. Ia selalu lolos dari ulahnya yang merugikan orang lain itu, kecuali terakhir sekali ketika dua gadis cantik yang dikencaninya sama-sama datang ke rumah majikannya yang diaku sebagai rumahnya sendiri. Tamatlah riwayatnya sebagai sopir. Ia dipecat, meski tatap sambil mengejek.
Selain mengadakan pemutaraan film diatas perayaan hari film nasional yang dirayakan setiap tanggal 30 Maret juga mengadakan beberapa kegiatan diantaranya :
1. Orasi dengan tema Film Indonesia dan Identitas Nasional dalam Kondisi Paska Nasional dengan pembicara Dr. Seno Gumira Ajidarma.
Orasi akan digelar pada Kamis 27 Maret 2014 pukul 18.00 di Galeri Indonesia Kaya, Mall Grand Indonesia Lantai 8.
2. Roadshow dan diskusi film 9 Summer 10 Autums dan Sagarmatha bersama sutradara dan artis pendukung.
Dua acara tersebut akan digelar pada Kamis 27 Maret di Semarang dan Banjarnegara.
3. Pemutaran dan diskusi film serta pelatihan singkat pemeranan oleh aktor dan aktris Rumah Aktor Indonesia (RAI) yang akan digelar di 7 SMP/SMA se-Jabotabek mulai 27 Maret-4 April 2014.
4. Ziarah dan tabur bunga ke makam Sofia W.D dan Usmar Ismail yang dilanjutkan acara syukuran di Gedung Sapta Pesona, pada Minggu 30 Maret 2014.
5. Diskusi Film dengan menghadirkan pembicara Talo Spinelli, Asiatica Gilm Mediale (Roma) dan Garin Nugroho. Diskusi akan digelar pada 1 April pukul 15.00 WIB di Lounge XXI Club Djakarta Theater.
6. Malam Puncak serta pemutaran film “Darah dan Doa” hasil restorasi. Acara akan digelar pada 1 April 2014, pukul 18.00 WIB di Djakarta Theater.
Suara Kita mengucapkan Selamat Hari Jadi Perfilman Indonesia yang ke 64. Semoga Film Indonesia tetap menjadi tuan rumah di Negerinya sendiri. Ayo dukung perfilman Indonesia dengan menonton film Indonesia di Bioskop. (Yatna Pelangi)
*tulisan ini dihimpun dari berbagai sumber diinternet