Suarakita.org- Sebuah penelitian di Universitas Toronto yang telah dipublikasikan dalam Journal Psychological Science, menemukan bahwa wanita sebenarnya berpotensi memiliki “gaydar – radar untuk mengidentifikasi seorang pria gay atau tidak”, yang dipengaruhi oleh masa menstruasi puncak.
Penelitian tersebut melibatkan 40 perempuan dengan menunjukkan 80 foto wajah pria dengan ekspresi yang sama, dan ternyata melalui intuisi mereka cenderung dapat menebak seksual orientasi pria dalam foto tersebut dan sangat lebih baik ketika masa ovulasi.
Peneliti juga menemukan bahwa perempuan yang berhasrat melakukan perkawinan setelah membaca karya fiksi romantik yang begitu banyak dan seronok lebih akurat memprediksi seksual orientasi seorang pria, dibandingkan dengan yang tidak diberikan bacaan yang berkaitan dengan cerita romantik sebelum ditunjukkannya foto sejumlah pria yang menjadi objek penelitian tersebut.
Ternyata ketika eksperimen serupa dicoba oleh 34 perempaun dengan menunjukkan 200 foto wajah perempuan, dimana separuhnya lesbian, dan separuhnya tersebut heteroseksual, tidak ditemukan relasi yang kuat antara siklus menstruasi dan penilaian perempuan terhadap orientasi seksual perempuan lain.
Dari penelitian itu memberi tanda bahwa fertilitas berpengaruh terhadap perhatian perempuan heteroseksual untuk menemukan pasangan yang potensial daripada hanya meningkatnya sensitifitas terhadap seksual orientasi atau sinyal non-verbal secara umum.
Jadi bagaimana jika pasangan atau suami anda ternyata gay? Dan anda benar-benar tidak bisa memprediksi orientasi seksual pasangan anda, meskipun anda berada pada menstruasi puncak?
Sebagaimana diketahui, menjadi gay lalu menikah dengan seorang perempuan bisa dikarenakan berbagai faktor, misalkan membangun citra yang dianggap “baik” di mata keluarga, kerabat, dan pekerjaan. Karena masih adanya anggapan jika seorang gay coming out, tentu akan dipersulit oleh banyak diskriminasi, pelecehan, dan penolakan nilai-nilai tradisional yang mau tidak mau masih menggantungkan diri terhadap tradisi tersebut.
Lalu jika perempuan tersakiti, dibohongi, atau dijadikan objek “menjaga nama baik” dengan menikahi seorang gay tentu bukan hal yang mustahil. Kecuali memang ada keterbukaan pada pasangan dan terjadi kesepakatan rahasia diantara kedua belah pihak.
Berikut ada beberapa cara yang menurut saya bisa dipertimbangkan bagi wanita dalam membantu memprediksi apakah pasangan atau suami anda memiliki orientasi seksual gay atau bukan,
1. Berteman dengan gay. Semacam chemistry yah, biasanya seorang gay bisa mengenal gay yang lain. Tentu mempermudah anda untuk meminta bantuan pada teman gay anda tentang orientasi seksual pasangan anda yang sebenarnya.
2. Perbanyak baca literatur dan isu-isu tentang homoseksual. Memiliki pengetahuan mengenai homoseksualitas tentu akan membuat anda semakin memahami dilematika hidup jika seorang gay terpaksa berpura-pura menikah dengan wanita, atau menyembunyikan orientasi seksualnya karena berbagai alasan tertentu.
3. Memerhatikan keseharian pasangan. Anda bisa melihat dari penampilan yang flamboyan (meskipun tidak semua yang flamboyan itu gay), atau memiliki teman lelaki yang terlampau amat sangat-sangat akrab dan bahasa tubuh yang berbeda dengan pertemanan antar lelaki pada umumnya (anda mungkin bisa merasakan perbedaannya melalui intuisi anda sebagai seorang wanita), lalu beberapa kali anda mendapatkan pasangan atau suami anda mengakses situs porno gay.
Sebelum merujuk pada sebuah kesimpulan, mengenai pembahasan apakah suami atau pasangan anda gay atau bukan, penjelasan disini bukan berarti saya seorang yang homophobia, dan isi artikel ini tidak bermaksud mengucilkan bagi teman-teman yang gay. Tetapi lebih memberi perspektif yang berbeda tentang sebuah pemahaman tentang homoseksualitas dan beberapa rentetan dilematis situasi yang dihadapi.
Ketika pada akhirnya anda mengetahui bahwa pasangan atau suami anda memiliki orientasi seksual gay, tentu bukan sebuah kebodohan atau kebencian. Tetapi bisa jadi perlu pemahaman yang membutuhkan keluasan hati tentang arti cinta kasih dan memaafkan.
Misalkan muncul pertanyaan dari anda, “kenapa gak bilang diawal?”
TAKUT PENOLAKAN.
Semua dari kita bergerak pada ketakutan-ketakutan akan penolakan, ketidakterimaan, karena pada intinya kita memiliki dasar ingin mencapai apa yang kita mau. Seorang gay yang menikahi anda, juga mungkin berpijak pada esensi tersebut. (Jane Maryam)
Sumber : janeontheblog.wordpress.com