Search
Close this search box.

Aksi Hari Toleransi Internasional 16 November 2013

Suarakita.org- Pada peringatan Hari Toleransi Internasional, 16 november 2013, Aliansi Masyarakat Sipil Untuk Toleransi (AMSUT) mengadakan aksi damai di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Dengan tujuan untuk menyebarkan virus-virus toleransi kepada masyarakat Indonesia. Koordinator aksi, Hilal Safari menekankan, “intoleransi merupakan biang dari tindakan-tindakan lain bahkan yang lebih keras sekalipun”.

Aksi yang diinisasi  oleh lebih dari 30 organisasi HAM di Indonesia ini menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab atas semakin tingginya tingkat intoleransi di Indonesia. Dalam aksi, Veriyanto Sitohang mengingatkan kepada masa untuk kalau indonesia dibentuk berdasarkan keberagaman, “kita percaya bahwa pancasila dan bhinneka tunggal ika adalah filosofi yang tidak boleh digantikan bahkan oleh ideologi agama tertentu”.

Dian Novita selaku perwakilan buruh mengangkat persoalan kelas buruh yang  beragam identitas, agama, adat, budaya, hetero, homoseksual dan transgender. Dian mengatakan “Ketika buruh dipecah belah dengan mengatasnamakan perbedaan, maka kelompok buruh akan terpecah belah dan tidak sanggup untuk melawan penguasa”.

Di Indonesia presidennya mendapatkan penghargaan akan pluralisme dan toleransi, tetapi ketika kita memilih agama lain kita di represi. ini menunjukkan bagaimana keseriusan dari pemerintah ketika kita diserang dengan mengatasnamakan agama tertentu. FPI saat aksi di Bunderan HI dengan spanduk besar mengatakan “Usir saja kaum Budha Rohingya”,  akan menyulut kemarahan bangsa indonesia, namun pemerintah tidak memberi sanksi kepada FPI.

Ririn Sefsani mengungkapkan hukum dan keadilan tidak terjadi, maka yang ditunjukkan kepada rakyat Indonesia adalah korupsi yang luar biasa, dan toleransi terancam. terbukti dengan penyerangan perayaan Asyura oleh kelompok yang mengatas namakan agama. Ketika kita ingin memperjuangkan kelompok agama yang rumah ibadahnya disegel dan tidak bisa beribadah di depan istana setiap minggu, presiden hanya diam, bahkan ada gerombolan kelompok mengatas namakan agama yang menyerbu.

Maka dari itu penting bagi kita untuk bertoleransi, bagaimana organisasi yang membicarakan isu ham mulai bertoleransi dengan isu lain seperti seksualitas, lingkungan, buruh yang sampai detik ini yang sebenarnya kita diserang oleh musuh yang sama, musuh yang sama-sama tidak toleransi, Acara ini ditutup dengan pemotongan kue toleransi yang diberikan kepada Polisi yang diwakili oleh Pendeta Palti untuk menjaga toleransi di Indonesia. (Rikky)