Search
Close this search box.

 

Perbatasan NTT, RI-Timor Leste (Sumber; Tempo.co)
Perbatasan NTT, RI-Timor Leste
(Sumber; Tempo.co)

Suarakita.org-  Jumlah penderita penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) di Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Agustus 2013 mencapai 550 orang. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak dibandingkan kabupaten dan kota lainnya di Provinsi itu.

Berdasarkan data Komisi penanggulangan AIDS (KPA) Nusa Tenggara Timur, jumlah penderita AIDS di daerah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste tersebut, lebih dari 25 persen dari keseluruhan penderita AIDS di Provinsi NTT, yakni 2.351 orang.

Sekretaris KPA Nusa Tenggara Timur dokter Husein Pankratius tidak menjelaskan secara terperinci, mengapa jumlah penderita AIDS di daerah perbatasan itu tinggi. “Jumlah orang-orang yang perilakunya memiliki resiko terkena AIDS cukup tinggi di daerah itu,” katanya di Kupang, Rabu, 2 Oktober 2013.

Menurut Husein Pankratius, penyebaran AIDS, sudah menjangkau 21 kabupaten dan kota di di Provinsi itu. Dari jumlah penderita 2.351 orang tersebut, sebanyak 985 orang mengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan 1.366 menderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). “Dari jumlah tersebut, sebanyak 493 orang meninggal dunia,” kata Husein Pankratius.

Pengidap HIV di Nusa Tenggara Timur, kata Husein Pankratius, didominasi kaum laki-laki, yakni 562 HIV dan 903 AIDS. Sedangkan perempuan 423 HIV dan 463 AIDS. Dari sisi jenis pekerjaannya, jumlah terbanyak adalah pekerja swasta, yakni 521 orang, dan ibu rumah tangga 457 orang. “Sisanya adalah petani, pengangguran, buruh kasar, PSK, supir, tukang ojek, PNS dan TKI,” ujar Husein Pankratius.

Penderita yang berusia produktif, antara 25-30 tahun, adaah yang terbanyak. Namun, balita usia antara 0 – 5 tahun, juga tak kalah banyaknya, yakni 102 orang. Husein Pankratius menjelaskan, KPA NTT bersana KPA tingkat kabupaten dan kota terus berupaya mengatasi masalah AIDS agar jumlahnya tidak terus meningkat. Di antaranya mensosiliasikan bahaya AIDS kepada kelompok masyarakat yang beresiko tinggi terjangkit penyakit mematikan tersebut.

Kegiatan sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat umum, termasuk kalangan pelajar dan remaja. Selain itu, KPA NTT serta KPA tingkat kabupaten dan kota terus memperbanyak jumlah klinik pelayanan penderita HIV/AIDS, yakni Voluntary Counseling Test (VCT). ”Masyarakat umum juga diharapkan bersedia datang ke VCT untuk memeriksakan diri agar terhindari dari resiko HIV/AIDS,” katanya. (Gusti Bayu)

 

Sumber: Tempo.co