Search
Close this search box.
Ilustrasi : dailystar.com.lb
Ilustrasi : dailystar.com.lb

Suarakita.org- Gaya hidup mewah di Shanghai membawa perubahan drastis khususnya bagi kaum hawa dalam memandang atau membicarakan satu hal yang selama ini dianggap sebagai hal yang tabu, seks.

Adalah Ma Li, seorang wanita sosialita yang menggelar diskusi seks melalui kelas tatap muka yang ia selenggarakan dengan menyewa sebuah ruangan di hotel bintang tiga.

Untuk mengikuti kelasnya selama dua hari, Ma mematok harga US$ 410. Jumlah tersebut kira-kira separuh dari rata-rata upah pekerja di Shanghai.

Materi yang diberikan diantaranya tentang anatomi tubuh manusia, psikologi dan teknik bercinta.

Salah seorang peserta yang sudah mendaftar, Sophia Hu berusia 30 tahun menyatakan alasannya mengikuti kelas Ma karena ingin tahu lebih dalam lagi perbedaan antara wanita dan pria dalam memandang soal seks.

“Saya sama sekali belum pernah mendapatkan pendidikan tentang seks, saya kira pria dewasa sama saja dengan bayi laki-laki,” terangnya.

Apa yang dilakukan Ma ternyata tidak sendirian. Di sejumlah kota besar China lainnya, kalangan sosialita menjadi penggerak dalam pendidikan seks.

Dalam memberikan materinya Ma tidak sembarangan, karena ia sudah mengantongi sertifikasi dari World Association of Sex Coaches yang berbasis di Amerika Serikat.

Ma menjelaskan untuk menyampaikan materinya ia tidak akan menghindari hal-hal yang bersifat vulgar seperti tayangan adegan seks melalui video. “Tentunya yang mengandung pesan pendidikan seks,” katanya.

Ia juga akan menghindari berbagai tips tentang kehidupan seks yang selama ini sudah disajikan di banyak majalah, karena menurutnya itu sudah usang.

Kelas Ma mulai bergulir Januari tahun depan, namun kuota peserta yang ia buka sudah terpenuhi semua.

Sejak Partai Komunis berkuasa tahun 1949 seks menjadi hal yang sangat tabu untuk dibicarakan. Namun lambat laun hal tersebut bergeser. Bahkan sekarang pendidikan seks di China menjadi suatu gerakan revolusi.

Seorang ahli kebidanan dan kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Kaohsiung Taiwan, Jay Zheng, menjelaskan di Beijing, Shanghai dan kota besar lainnya di China cara pandang wanita terhadap kehidupan seks dipengaruhi oleh budaya Barat, Taiwan, dan Korea. Namun di kota-kota kecil, mereka sama sekali tidak tahu apa-apa soal seks.

Sumber : beritasatu.com