Search
Close this search box.
ilustrasi : net
ilustrasi : net

Suarakita.org- Pernahkah Anda membayangkan pria atau wanita lain saat bercinta? Sebagian orang yang melakukan hal ini kerap dilanda perasaan bersalah. Apakah sebenarnya aktivitas tersebut baik atau justru bisa memperburuk kehidupan seks?

Menurut seksolog Emily Nagoski, Ph.D, berfantasi dapat membantu Anda juga pasangan menemukan kebutuhan dan hal-hal yang membuat hasrat seksual meningkat. “Berfantasi saat berhubungan seks akan menambah gairah dan kenikmatan bercinta,” ujar Emily seperti dikutip Fox News.

Wanita yang mendalami seksualitas manusia di Indiana University itu menambahkan, pada dasarnya fantasi hanya meningkatkan gairah seseorang. Sedangkan pencapaian kepuasan seksual seseorang adalah karena perasaan nyaman saat bercinta dengan orang yang mereka cintai. Dengan kata lain, fantasi dan perasaan pasangan saat melakukan hubungan seksual dengan Anda sama sekali tak berhubungan.

Justru lanjut Emily, rasa cemburu yang berlebihanlah yang membuat kedekatan Anda dan pasangan menjadi renggang. Kehidupan seksual menjadi berantakan, kepuasan pun tak bisa Anda dapatkan.

Emily menyarankan, ketimbang memelihara rasa cemburu, justru yang harus Anda dan pasangan lakukan adalah berbagi cerita mengenai fantasi Anda. Biarkan pasangan tahu apa yang menjadi keinginan Anda, begitu juga sebaliknya. Berbagi fantasi akan membuat kehidupan seksual Anda lebih ‘panas’ dan menyenangkan.

Seksolog Zoya Amirin dalam situsnya pernah membahas soal fantasi seksual ini. Kalau memang Anda memiliki fantasi seks, wanita lulusan Universitas Indonesia dan Universitas Udayana itu menyarankan untuk mewujudkan fantasi seksual tersebut tanpa rasa bersalah. Namun kalau Anda ternyata tipe orang yang menganggap sebuah lamunan saja membuat Anda merasa bersalah, sebaiknya Anda tidak mewujudkan fantasi tersebut.

“Jika dengan merealisasikan mimpi hubungan anda dengan pasangan anda jadi lebih baik kualitasnya, mengapa tidak? Tetapi baru melalui angan-angan saja anda merasa bersalah apalagi jika anda nekad merealisasikannya, tentu anda sendiri yang merasakan konsekuensinya. Ingatlah emosi (atau feeling) tidak pernah salah, kita tidak pernah bisa menekan tombol dalam hati atau otak kita untuk jatuh cinta, marah, sedih dan bahagia tetapi sikap kita terhadap emosi kitalah yang menentukan kita adalah individu yang seperti apa,” tulisnya.

Sumber : detik.com