Search
Close this search box.

Merintis Mandiri Di Bantaran Kali

Ourvoice.or.id– Seperti banyak kota di Indonesia, kota Yogyakarta pun memiliki komunitas masyarakat yang menempati bantaran kali. di kampung Sidomulyo setidaknya ada duapuluh kepala keluarga yang tinggal di bantaran kali. berdasarkan pengakuan Atun, warga bantaran kali, pemerintah daerah membolehkan warga menempati daerah pinggiran kali tetapi harus memenuhi beberapa syarat,”Mesti ada space (ruang) untuk jalan kira-kira dua meter dan rumah dihadapkan ke sungai” ungkap Atun.

Warga bantaran kali merupakan potret kota urban yang sedang berkembang. Keberadaan mereka terkadang menimbulkan konflik tanah dengan pemerintah daerah. Tidak jarang pemerintah daerah menggusur paksa mereka. Arsitek Komunitas (Arkom), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada isu hak pemukiman warga miskin, mendampingi warga bantaran kali untuk mengorganisir diri,”Kami mempersiapkan capital, agar masyarakat siap bila digusur” ungkap Lilik, aktivis Arkom.

Ada dua komunitas warga bantaran kali binaan Arkom yang Our Voice kunjungi pada Senin 24 Juni 2013 lalu, yakni komunitas warga bantaran kali gajawong dan kali winongo. Arkom pun menginisiasi warga untuk membentuk Paguyuban Kali Jawi.

Fokus kegiatan yang dilakukan oleh paguyuban ini adalah pengelolaan dana. Paguyuban Kali Jawi membentuk kelompok arisan, satu kelompok sepuluh orang. Uang yang didapat digunakan untuk renovasi rumah, agar rumah warga bantaran kali memenuhi standar kesehatan,”Bila warga sehat maka uang warga tidak habis untuk pengobatan” kata Imam, aktivis Arkom.

Bila salah satu warga mendapat arisan untuk renovasi rumah, maka kesembilan warga yang lain pun gotong-royong membantu warga itu dalam merenovasi rumah. Tidak hanya itu, ada bagian dari uang arisan tersebut yang tidak boleh diambil namun dikumpulkan agar warga bisa membeli tanah formal. Kemudian, Paguyuban Kali Jawi juga mengelola dana dari warga untuk membuat balai komunitas, yang digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan misal rapat pertemuan warga.

Hasilnya, kini di dua komunitas tersebut telah berdiri dua balai warga yang bisa digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan apa saja. Dan di bantaran kali Winongo kampung Jatimulyo, lingkungan tertata dengan apik. Rumah warga tersusun rapi, jalanan pun disusun conblok. Ainun, warga bantaran kali, mengatakan bahwa sebagai warga yang menempati lahan informal, seringkali bantuan dari pemerintah daerah tidak sampai kepada mereka. “Kami melakukan seperti ini karena capek menunggu bantuan pemerintah” ungkap Ainun. (Gusti Bayu)