Ourvoice.or.id- Wu Yebin dan An Wei hidup di daerah pedesaan Cina, tempat di mana homoseksualitas dianggap tabu. Mereka bermimpi melihat pernikahan sesama jenis menjadi hukum di Cina satu hari nanti. Homoseksualitas tidak ilegal di Cina, tapi prasangka dan diskriminasi tetap bertahan.
Berbagai upaya dilakukan warga untuk memisahkan keduanya. “Mereka mencari perawatan medis bagi saya dan menyewa seorang dukun untuk ‘mengobati’ saya,” kata Wu mengenang. Ia mengaku ‘patuh’, tetapi pada saat yang sama ia mencari informasi tentang homoseksualitas secara online dan berbagi dengan sekitarnya.
Kini, keduanya tetap bersama. Wu dan An–yang bertemu secara online dan dengan cepat jatuh cinta–tinggal bersama-sama dan menjalankan sebuah toko di pinggir jalan samping rumah keluarga Wu di Provinsi Hebei. Mereka tetap menyembunyikan orientasi seksualnya.
Di Cina, homoseksualitas tak dilarang secara hukum. Pemerintah komunis telah lama menghapusnya dari daftar resmi gangguan mental. Namun, pemerintah bertindak tegas terhadap para pelaku homoseksual.
Berbagai langkah dilakukan untuk meredamnya. Mulai dari tindakan represif hingga melibatkan paranormal untuk “menyembuhkan” kaum homoseksual.
Di pusat Kota Changsha, seorang aktivis 19 tahun yang memimpin reli jalanan terhadap homofobia dipenjara selama 12 hari. Polisi setempat menuduhnya “menggalang protes ilegal”.
“Mereka tidak hanya menargetkan kelompok gay,” kata Wei Xiaogang, advokat hak-hak gay terkemuka yang mengepalai Beijing Gender Health Education Institute. “Pihak berwenang semakin khawatir tentang kemampuan organisasi berbagai kelompok hak asasi, terutama ketika kita bersatu, karena itu bisa menantang kekuasaan politik mereka.”
Menurut seorang sosiolog, jalan masih panjang bagi kaum homoseksual di Cina untuk mendapatkan legalitas. “Mereka masih belum bisa membuat suara mereka didengar dan mereka tidak memiliki perwakilan di parlemen,” kata Li Yinhe, sosiolog terkenal di Chinese Academy of Social Science.
Sumber : Tempo.co