Search
Close this search box.

Workshop Menulis “Tuliskanlah Kegelisahanmu”

Ourvoice.or.id- Dalam rangka memperingati 15 tahun reformasi, Yayasan Muara bekerjasama dengan hivos dan gramedia mengadakan acara bertemakan Sastra dan Seni untuk Kebebasan. Salah satu bagian dari acara ini adalah pelatihan menulis yang bertema “terbitkan kegelisahanmu” dengan mentor Okky Madasari, Meggie Tiojakin dan Editor Gramedia Pustaka Utama Hetih Rusli. Okky Madasari adalah peraih Khatulistiwa Award pada tahun 2012 dengan novelnya yang berjudul Maryam. Berikut adalah beberapa tips yang saya simpulkan dalam simpulan narasi di bawah ini.

Di awal sesi Okky menyarankan agar setiap penulis mulai membuat suatu kisah dengan menemukan sebuah keresahan yang ingin kita ungkapkan. Karena keresahan tersebut yang nantinya akan mendorong kita menulis suatu kisah.

Biasanya kebanyakan orang yang ingin menyuarakan kebenaran dengan membuat tulisan-tulisan fakta yang seperti menceramahi. Maka dari itu mulailah dengan membuatlah kisah dari satu sosok yang nantinya menyentuh perasaan pembaca. Sebagai contoh, ingin membahas kasus kekerasan perempuan. Buatlah suatu sosok perempuan desa yang dari suatu desa yang masyarakat sosialnya memandang rendah perempuan, perempuan itu sulit mendapatkan akses pendidikan, dipaksa kawin, suaminya pengangguran yang suka mabuk, dipoligami dan sebagainya.

Tidak seperti kisah sinetron Indonesia yang sosok karakternya bisa berubah-ubah, cerita yang baik butuh karakter yang konsisten. Maka dari itu penulis butuh kerangka acuan karakter yang di “kristalkan” agar nantinya sifat karakter tersebut tetap dari awal hingga akhir cerita.

Para peserta Workshop Menulis “Tuliskanlah Kegelisahanmu”(Foto : Rikky/Ourvoice)
Para peserta Workshop Menulis “Tuliskanlah Kegelisahanmu”(Foto : Rikky/Ourvoice)

Bisa saja sosok karakter dalam cerita muncul dari membaca berbagai buku baik fiksi, science, social maupun nonfiksi. Bisa juga dengan melakukan riset, menggali pengalaman seseorang ataupun pengalaman pribadi yang nantinya disesuaikan dengan kisah. Seperti misalnya penulis Mira W yang hampir seluruh novelnya ada karakter dokter ataupun bersetting di rumah sakit. Itu muncul karena background Mira W yang merupakan seorang dokter. Dalam mengisahkan suatu penyakit tidak dengan menunjukkan fakta-fakta tentang penyakit tersebut ataupun obatnya apa saja. Namun Mira W bisa untuk menceritakan seseorang mengalami suatu penyakit dengan baik.

Penulis novel membutuhkan energy dan kesabaran yang tinggi. Mulailah menulis, rajinlah menuliskan suatu kisah walaupun kita tidak akan pernah tau akhirnya seperti apa. Jadilah penulis yang bebas, biarkanlah kisah yang ada di kepala kita menjadi suatu tulisan mengalir seperti hingga akhirnya kita menemukan alur kisahnya.

Penulis butuh editor, di Indonesia seorang banyak penulis beranggapan seorang editor adalah sesuatu yang menyeramkan karena cerita di tulisannya akan di revisi dan diubah. Padahal sebenarnya itu adalah hal yang tidak perlu ditakuti karena editor adalah jembatan antara penulis dan pembaca. Editor adalah pemberi suara dari sudut pandang orang kedua bahkan ketiga yang akan mewakili selera masyarakat.

Di akhir sesi, dengan background seorang jurnalis yang mengharuskannya menulis berita dan kesukaannya menulis di blog, Okky menyarankan agar kita sebisa mungkin menulis setiap hari. Karena dengan itu akan melatih kita bagaimana membuat suatu cerita yang menarik.(RikkyMF)