Search
Close this search box.
Para Transgender/waria dan Jaringan Masyarakat Peduli Anak dan Perempuan Bali saat mengadakan aksi damai (Foto Antara/Rhisma/wij)
Para Transgender/waria dan Jaringan Masyarakat Peduli Anak dan Perempuan Bali saat mengadakan aksi damai (Foto Antara/Rhisma/wij)

Ourvoice.or.id- Puluhan waria bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat menyemarakkan Hari Kartini dengan membagi-bagikan bunga mawar putih di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Denpasar, Minggu (21/4).

Kaum waria yang tergabung dalam Organisasi Waria Kuta (Ogawata) dan beberapa LSM yang menamakan dirinya Jaringan Masyarakat Peduli Perempuan dan Anak Bali ini, selain membagikan bunga mawar, juga menyampaikan orasi, mengadakan aksi teatrikal, dan mengumpulkan tandatangan dari masyarakat.

“Kami turut serta dalam aksi ini karena kami juga merasa peduli terhadap kekerasan yang menimpa kaum perempuan. Seringkali kaum perempuan tidak mendapat perlakuan yang adil sehingga kekerasan harus dihentikan,” kata Ketua Organisasi Waria Kuta (Ogawata) Jovan, di sela-sela orasi tersebut.

Selain Ogawata, organisasi lain yang terlibat dalam aksi simpatik ini yaitu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali, Lentera Anak Bali, Yayasan Manikaya Kauci, Forum Perempuan Mitra Kasih Bali, LBH Apik Bali, Yayasan Gaya Dewata, Generasi Bisa dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari beberapa universitas di Bali.

Dalam orasinya memperingati Hari Kartini, mereka menyampaikan tujuh butir pernyataan sikap yakni meminta penghentian segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menindak tegas pelakunya, penghentian diskriminasi perempuan dan anak serta kaum marginal (ODHA, difabel, kelompok minoritas lainnya), serta menaikkan kuota perempuan 50 persen dalam parlemen.

“Kami juga mendesak Pemprov Bali untuk membuat perda yang melindungi hak perempuan dan anak serta menyediakan shelter (rumah aman) bagi mereka yang menjadi korban kekerasan. Aparat hukum pun harus menangani, mengawal, dan memutus pelaku kekerasan dan pendiskriminasian terhadap perempuan dan anak,” kata Luh Anggreni dan LBH Apik Bali.

Menurut Anggreni, pada 2012 saja, di Bali tercatat telah terjadi 205 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun, dari jumlah itu sangat minim kasus yang sampai diputus di pengadian. “Ada yang kasusnya dicabut karena adanya tekanan-tekanan dari pihak tertentu,” ucapnya.

Sementara itu Ketua LBH Bali Yastini menyampaikan dengan aksi yang dilakukan tersebut untuk menggugah masyarakat bangkit dan melawan diskriminasi terhadap perempuan dan anak.

“Banyak kasus kekerasan yang terlalu diintervensi sehingga menyebabkan penuntasannya mandek. Di sisi lain, masih ada kesulitan pula untuk pembuktian kasus-kasus pelecehan seksual pada anak-anak,” ucapnya.

Tindakan diskriminasi, lanjut Yastini, juga dirasakan oleh kaum waria sehingga mereka merasa terpanggil untuk turut menyuarakan pada pemerintah melalui aksi simpatik ini.

Masyarakat yang berolahraga di dekat Monumen Bajra Sandhi terlihat antusias menyaksikan aksi damai peringatan Hari Kartini itu, sekaligus mereka turut membubuhkan tandatangan pada selembar kain putih yang telah disediakan. (*/wij)

Sumber : antarasumbar.com