Ourvoice.or.id– Pengusiran waria oleh warga Kampung Duri, Jakarta Barat, pada 14 Februari lalu, mulai terasa dampaknya. Beberapa masyarakat yang setiap hari bertransaksi ekonomi dengan waria, mengalami penurunan omzet.
“Sekarang berasa kerugian banget, Mak Edo merasa banget ya, banyak kamar yang kosong, warung sepi.” Ungkap Mak Edo sambil mengelus dada. Mak Edo, seorang ibu yang memiliki tempat kost delapanbelas pintu serta dipercaya mengurus lebih dari seratus kost mengungkapkan isi hatinya. Setelah waria pindah, kini ia terus merugi karena tidak ada pemasukkan dari sewa kost, ditambah lagi Mak Edo harus membiayai suaminya yang sudah tujuh bulan sakit lambung dan paru-paru.
Tidak hanya Mak Edo yang merasakan dampak pengusiran waria, Adit pun merasakan dampaknya,”Yang awalnya dapat menyewakan tigapuluh boks musik untuk mengamen waria, kini hanya bisa menyewakan limabelas boks musik saja per harinya.”, ungkap Adit. Warung yang menyediakan bahan-bahan seperti sabun dan shampoo pun kini tutup. Warung makan sekitar kost yang biasanya ramai dikunjungi waria kini juga sepi.
Menurut pengakuan Siti Khadijah, ibu rumah tangga berusia 48 tahun, waria sudah ada sejak dulu di Kampung Duri, “Semenjak Saya kecil mah waria sudah ada di sini, cuma bedanya sekarang lebih ramai”, ungkap perempuan yang akrab disapa Mak Ijah ini.
Dari kejadian ini dapat dipetik pelajaran bahwa dalam melakukan suatu tindakan ada baiknya pertimbangkan dahulu dampak buruk dari kejadian tersebut, bukan hanya melihat dari aspek kebencian belaka. (Rikky Muchammad)