Search
Close this search box.

Ourvoice.or.id. Seorang bayi asal Mississippi, Amerika Serikat yang lahir mengidap AIDS berhasil sembuh setelah mendapat medikasi terus-menerus sejak kelahirannya 2,5 tahun lalu. Pencapaian ini bisa menjadi awal dari perubahan mengenai perawatan bagi ratusan ribu bayi di dunia yang lahir setiap harinya mengidap HIV.

Laporan yang diumumkan oleh peneliti, Minggu, merupakan kasus kedua di mana seorang pasien yang terinfeksi oleh virus defisiensi imunitas manusia tersebut bisa sembuh. Kasus pertama, seorang pria dewasa yang dikenal sebagai “pasien Berlin”, berhasil sembuh setelah menjalani transplantasi sumsum tulang pada 2007 lalu.

Sementara kasus terbaru ini ditemukan setelah ibu sang bayi menghentikan perawatan atas anak perempuannya tersebut. Dokter mendapati bahwa virus HIV tidak terdeteksi, bahkan tanpa bantuan obat-obatan yang biasanya harus dikonsumsi pasien HIV seumur hidupnya.

Para peneliti menegaskan bahwa penyembuhan ini hanya melibatkan satu pasien. Kesuksesan ini juga tidak serta merta berlaku bagi penderita HIV dewasa atau remaja yang hampir selalu terdiagnosa dan baru dirawat lama setelah mereka terkena infeksi awal.

Namun jika studi lebih lanjut membenarkan bahwa perawatan dini dapat menyembuhkan bayi baru lahir yang mengidap HIV, maka hal ini juga dapat memicu penggunaan metode perawatan yang sama bagi bayi lainnya di dunia. Hampir sebagian besar bayi yang terinfeksi HIV ditemukan di negara dengan pendapatan rendah dan menengah.

Panduan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan perawatan dini bagi bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mengidap HIV. Perawatan ini berupa pemberian obat antiretroviral (ARV) setiap harinya selama empat sampai enam minggu, atau hingga tes menentukan status HIV sang bayi itu sendiri. Jika bayi terbukti positif, dokter akan memberikan perawatan yang lebih agresif .

Kendati demikian, WHO tidak membahas soal penggunaan pengobatan yang lebih intens tepat sesudah kelahiran karena masih terlalu sedikit riset yang telah mempelajari hal tersebut. Selain itu, sulit dipastikan status HIV seorang bayi yang baru lahir, sementara perawatan berlebihan dikhawatirkan akan membuang pengobatan yang mahal yang dapat digunakan untuk pasien lain.

Dalam kasus ini, peneliti meyakini bahwa keputusan dokter untuk memulai perawatan ARV agresif dalam waktu 31 jam usai kelahiran bayi adalah faktor utama kesembuhannya. Menurut mereka, obat-obatan tersebut mencegah formasi “tabung virus” yang menjadi tempat bersarangnya virus tersebut. Tabung-tabung inilah yang menjadi penyebab utama buntunya penyembuhan. Meskipun obat-obatan AIDS mencegah virus HIV menggandakan diri, virus masih bersembunyi di tabung-tabung tersebut dan akan kembali muncul jika perawatan berhenti.

Dalam kasus ini, “si bayi mendapat terapi, lalu dihentikan. Dan kini, tak ada virus yang terdeteksi,” ujar Deborah Persaud, dokter anak dan peneliti AIDS di Johns Hopkins Children’s Center di Baltimore Amerika Serikat dan ketua dari tim yang merilis laporan tersebut. “Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya. Pada kebanyakan kasus, virus akan muncul kembali… dalam waktu beberapa minggu.”

Persaud mendeskripsikan penemuan ini dalam sebuah konferensi pers, Minggu, menjelang presentasinya di ajang tahunan Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections di Atlanta, Amerika Serikat.

Sumber : indo.wsj.com