Oleh : Melinda Siahaan
Ourvoice.or.id – Meragukan Yesus bangkit? Ini adalah realita manusiawi. Realita yg dijumpai oleh para murid perempuan dan laki-laki-Nya, yang selama ini telah berjalan bersama-sama Yesus. Ragu itu baik untuk menguji sejauh mana kebenaran bisa dipercayai. Tentu ada momen dan memori kebersamaan yang akhirnya membuat para murid menyadari bahwa Ia telah bangkit. Bahkan Thomas dengan keraguannya diperhadapkan langsung dalam dialog dengan Yesus yang telah mati itu:
“Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Kita tidak seperti Thomas yang langsung ditantang oleh Yesus untuk mencucukkan jari ke lambung di mana tombak pernah ditancapkan di dalamnya. Kepercayaan akan kebangkitan itu bagi kita bisa dirasakan dalam pergumulan hidup sehari-hari. Bukan sekadar mengatakan Ia sudah bangkit, selesai! Kepercayaan seperti ini yang justru perlu diragukan.
Kebangkitan Yesus yang diamini dalam diri orang yang percaya pada-Nya sekarang ini justru sedang diragukan. Bagaimana mungkin percaya pada Yesus yang bangkit, jika tetap melakukan kekerasan melalui ajaran gereja bahwa Hawa adalah perempuan menjadi penyebab manusia jatuh ke dalam dosa, kaum homoseksual adalah pendosa sehingga harus ditobatkan.
Kebangkitan Yesus semestinya menandakan kebangkitan ajaran menghargai kemanusiaan dan ciptaan. Jadi jika keimanan kita rasanya sudah ‘pol’/cukup dengan hanya meyakini Yesus bangkit, ini justru harus diragukan. Keimanan yang merasa “pol” itu harus terus-menerus diragukan dengan realita kemanusiaan dan ciptaan yang ada.
Selamat merayakan Paskah
*Mahasiswa Teologi Pasca Sarjana Universitas Kristen Duta Wacana-Yogyakarta