Search
Close this search box.

Paus, Hakim Konstitusi dan DPR RI

Arief-Hidayat
Arief-Hidayat

Ourvoice.or.id – Baru saja pemimpin Khatolik, Jorge Mario Bergoglio (76) asal Argentina menjadi Paus menggantikan Paus Benediktus. Pemimpin Khatolik yang baru ini tidak mempunyai sikap berbeda dengan pemimpin Paus sebelumnya dalam soal pernikahan sejenis. Sama-sama menolak!

Bahkan sebelum menjadi Paus, di beberapa media dikabarkan Bergoglio sempat berseberangan pandangan dengan sikap politik suami Presiden Argentina Cristina Kirchner soal pernikahan sejenis.  Argentina sebagai negara mendukung pernikahan sejenis sedangkan Bergoglio sebagai pemimpin agama sangat menentang karena dianggap sebagai hal yang tidak bermoral.

Ketika salah seorang wartawan dari The Union of Catholic Asian News (UCAnews.com), sebuah media Khatolik yang indepedent mewawancarai penulis (Hartoyo) tentang pandangan terpilihnya Paus yang menolak pernikahan sejenis.

“Ini bukan hal yang baru karena memang watak agama-agama samawi begitu”, bukan cuma Khatolik, Islam juga Islam sama menolaknya. Kita hormati saja, tetapi saya akan jalan terus berjuang.  Yang penting dipahami seorang homoseksual masuk surga atau tidak bukan karena seorang Paus atau tokoh agama manapun tapi karena diri sendiri”, tegas Hartoyo.

Penulis dalam status facebooknya menuliskan, semestinya kelompok-kelompok agama “berterima kasih” kepada kelompok homoseksual.  Karena Paus terpilih menolak pernikahan sejenis, ini artinya se-ideologi dengan pandangan Islam umumnya.  Jadi baik Khatolik, “umumnya” Jahudi, Islam, Protestan sejalan dan seirama menolak homoseksual.  Karena selama ini agama “langit” selalu “bertikai” merebutkan “surga”.  Jadi penolakan terhadap homoseksual justru bisa menjadi “moment menyatuhkan” mereka yang selama ini selalu bertikai atas nama Tuhan. Justru itulah jasa homoseksual pada agama-agama yang merasa dari langit itu :).

Terpilihnya Bergoglio juga untuk menjaga “tradisi” Khatolik yang sangat ketat menolak pernikahan sejenis, aborsi dan kepemimpinan perempuan dalam agama.  Apa yang dilakukan oleh sistem kepuasan sebenarnya hampir sama yang terjadi baru-baru ini terjadi di Senayan (gedung DPR RI) atas pemilihan hakim konstitusi.

Anggota DPR RI Komisi III juga telah memilih hakim konstitusi, Arief Hidayat dengan 42 suara dari 48 suara sah. Arief terpilih karena hakim tersebut menolak pernikahan sejenis yang dianggap budaya barat. Alasan inilah menurut salah satu anggota DPR RI agar hakim konstitusi dapat menjaga konstitusi dan Pancasila dari pernikahan sejenis.

Arief Hidayat meyatakan bahwa pernikahan sejenis bukan budaya timur tetapi budaya barat, sedangkan Bergolio yang berasal dari Argentina juga menolak pernikahan sejenis sebagai seorang khatolik tentu bukan karena alasan barat-timur. Artinya kalau baik orang timur maupun barat sama-sama menolak, terus dari kebudayaan mana sebenarnya homoseksual?

Ada banyak homoseksual di barat, timur, selatan ataupun utara yang mungkin tidak pernah saling terkoneksikan dalam bentuk apapun, baik dunia internet maupun dunia nyata.  Tidak ada kaitannya soal budaya manapun. Sehingga penolakan Paus, Arief Hidayat dan anggota DPR RI terhadap homoseksual khususnya pernikahan sejenis hanya didasari atas prasangka belaka. Prasangka ketakutan pada yang lain/asing (xenophobia).

Padahal Paus, Arief Hidayat dan anggota DPR RI Komisi III lupa atau mungkin tidak tahu, bahwa homoseksual mungkin sekali adalah bagian dari orang-orang paling dekat pada diri mereka. Hal ini persis yang dialami oleh seorang senator Partai Republik Amerika asal Ohio, Rob Portman, dulunya menolak pernikahan sejenis tetapi sekarang dia mendukung perkawinan sejenis lantaran anaknya mengaku seorang gay.

Apakah Hakim Konstitusi, Arief , Paus, anggota DPR dan orang-orang yang menolak homoseksual akan melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan oleh Portman? Sejarah yang menentukan! (Hartoyo)