Search
Close this search box.

 

Rieke Dyah Pitaloka Berorasi

Gerakan Perempuan adalah untuk megakhiri diskriminasi, kekerasan dalam bentuk apapun,  atas nama apapun dan kepada siapapun, ungkap Rieke Dyah Pitaloka.

Ourvoice.or.id- Calon Gubernur Jawa Barat 2013, Rieke Dyah Pitaloka, turut berorasi pada aksi peringatan Hari Perempuan Internasional, Jum’at 8 Maret 2013 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Dalam orasinya Rieke menegaskan bahwa perempuan jangan memisahkan diri dari politik, politik bukan urusan personal melainkan urusan rakyat dan perempuan juga bagian dari rakyat, “Saya Rieke Dyah Pitaloka, Saya ibu rumah tangga, Saya pekerja seni dan Saya juga politisi” teriak Rieke. Dalam aksi kali ini, Rieke juga mengajak kepada peserta aksi untuk menolak segala bentuk impor pangan,”Karena ujung-ujungnya memiskinkan perempuan” ujarnya  berargumen. Setelah itu, dia mengingatkan kepada perempuan Indonesia bahwa tonggak perubahan ada di tangan perempuan,”Ini adalah momen bangkitnya politik perempuan”

Seperti dikutip dari Siaran Pers, aksi peringatan Hari Perempuan Internasional ini merupakan bentuk penagihan janji kepada pemerintah. Pemerintah dinilai belum menepati janji untuk menyejahterakan perempuan, melindungi perempuan dari kekerasan dalam bentuk apapun dan pemerintah pun tidak tegas dalam menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan. Padahal konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan sudah diratifikasi pemerintah Indonesia sejak 29 tahun yang lalu, dan beberapa produk hukum pun  sudah dibuat untuk melindungi dan sebagai bentuk tindakan afirmatif terhadap kelompok perempuan, misalnya undang undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan kebijakan kuota minimal tigapuluh persen dalam parlemen.

Peserta Aksi Berjalan Kaki Menuju Istana Negara

“Yang pertama adalah masalah kesetaraan jender” kata Winda, Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI).  Menurutnya, pemerintah harus mebuka akses seluas-luasnya kepada perempuan dalam segala bidang, pemerintah pun harus fokus memerangi pembodohan perempuan, perdangangan perempuan.

“Kita perempuan juga ingin dianggap, ingin berpartisispasi secara aktif” ungkap Zakiatunnissa, peserta aksi dari kelompok mahasiswa. Kedatangannya diaksi ini adalah bentuk penyampaian aspirasinya sebagai perempuan dan bentuk gugatan kepada pemerintah bahwa dirinya juga bisa. Dia pun menegaskan bahwa pemerintah untuk menghapuskan label lemah terhadap perempuan, ”Stigma perempuan itu lemah di sektor apapun harus dihapuskan” ungkapnya. (Gusti Bayu)