Ourvoice.or.id. Sebuah penelitian mengungkapkan: kepercayaan masyarakat terhadap polisi di Jerman cukup tinggi. Salah satu alasannya: Polisi di Jerman sangat jarang tersangkut kasus korupsi dan penyuapan.
Kepolisian adalah lembaga yang paling dipercaya di Jerman. Demikian hasil penelitian lembaga penelitian konsumen Jerman, GfK yang dituangkan dalam laporan tahunan Global Trust Reports 2013. Sekitar 81 persen responden di Jerman menyatakan mereka percaya pada polisi. Hanya 29 persen yang menyatakan mereka percaya pada asuransi dan perbankan.
Kepercayaan yang sangat tinggi terhadap polisi memang khas bagi Jerman. Di negara lain, angkanya jauh lebih rendah. Di tingkat internasional, media elektronik adalah lembaga yang paling dipercaya, sedangkan di tingkat organisasi, lembaga ketentaraan juga menikmati kepercayaan tinggi.
Tapi di Jerman, yang dipercaya masyarakat adalah polisi. Demikian keterangan Direktur GfK, Raimund Wildner dalam pembicaraan dengan Deutsche Welle. Dalam jajak pendapat yang disebarkan, ada 12 institusi dari 11 cabang usaha yang bisa dipilih.
Sedikit Kasus Korupsi
Menurut Ketua Serikat Polisi, Bernhard Witthaut, alasan mengapa citra polisi di Jerman sangat baik adalah karena polisi dianggap tidak korup. Ini berbeda dengan penilaian terhadap polisi di negara-negara lain.
”Saya kira, polisi di Eropa secara umum punya citra yang baik. Tentu saja di beberapa kawasan, terutama di negara-negara Eropa timur, ada banyak tuduhan tentang korupsi dan penyuapan. Ini semua memainkan peranan besar.”
Ketua GfK Raimund Wildner membenarkan hal itu. ”Kami mencoba melihat hubungan antara kepercayaan terhadap polisi dan tingkat korupsi di masing-masing negara berdasarkan daftar dari Transparency International.” Ternyata memang terlihat hubungan antara indeks korupsi dan kepercayaan masyarakat terhadap polisi.
Kepolisian negara lain yang juga punya citra yang baik seperti di Jerman adalah di Swedia, Kanada dan Australia. Di Amerika Serikat dan Inggris, kuota kepercayaan juga cukup tinggi dan mencapai 80 persen.
”Di sisi lain, ada negara-negara seperti Italia, Polandia dan Rusia yang punya kuota kepercayaan dari 55 sampai 58 persen. Jadi jauh lebih rendah,” kata Wildner. Posisi terendah ditempati polisi dari Nigeria dengan tingkat kepercayaan hanya 11 persen. Di Argentina, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap polisi hanya 28 persen, sedangkan di Indonesia hanya 34 persen.
Transparansi Mendatangkan Kepercayaan
Selain tema korupsi, yang memainkan peran dalam membangun kepercayaan adalah bagaimana menangani kesalahan yang terjadi di kalangan sendiri, demikian dikatakan Ketua Serikat Polisi, Bernard Witthaut. Baru-baru ini misalnya tersebar sebuah foto seorang wanita dengan luka di wajahnya. Wanita berusia 22 tahun dari München itu diberitakan dipukuli di sebuah kantor polisi. Organisasi Amnesty International di Jerman juga sering melaporkan kasus penganiayaan di kantor polisi.
”Kami berusaha mengusut kasus ini, sehingga paling sedikit menjadi pembahasan di parlemen yang melakukan pengawasan”, kata Witthaut. Yang penting adalah menerima kritikan dan memeriksa kasusnya sehingga jelas.
Ketua GfK Rainer Wildner menerangkan, ini memang cara efektif untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. ”Jadi tergantung dari bagaimana kasus-kasus ini ditangani. Jika diakui, bahwa kasus itu bisa saja terjadi, lalu dilakukan pemeriksaan, maka organisasi itu sudah bertindak benar.” Kalau ada usaha menutup-nutupi kasusnya, ini malah hanya akan menghilangkan kepercayaan masyarakat, demikian Wildner.
Ketua Serikat Polisi Bernard Witthaut menerangkan, hal lain yang bisa membangun kepercayaan masyarakat adalah kompetensi, pengawasan internal dan humor. Kepolisian di Hamburg misalnya melalui Tweeter sering menulis kejadian-kejadian yang lucu. ”Sedikit humor bisa mencegah eskalasi dalam banyak situasi”, kata Witthaut.
Slogan Jerman: Die Polizei, Dein Freund und Helfer (artinya: polisi, sahabat dan penolongmu) ternyata memang masih berlaku. Slogan ini dicetuskan oleh Albert Grzesinki, Menteri Dalam Negeri Prusia tahun 1926. Ternyata, slogan lama ini tetap tertanam dalam benak warga Jerman sampai kini.
Sumber : .dw.de