Search
Close this search box.

 

Lumba Lumba
sumber: internet

Sirkus lumba lumba adalah produk, ketika Kamu tetap membeli tiket sirkus lumba lumba, sama artinya kamu meneruskan penyiksaan terhadap lumba lumba, stop membeli tiket pertunjukkan sirkus lumba lumba, ungkap Ric O’Barry, aktivis penyelamatan lumba lumba. 
Ourvoice.or.id- Aktivis penyelamatan lumba lumba, Ric O’Barry, menjadi partner Jakarta Animal Aid Network (JAAN), sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada kesejahteraan satwa. Ric O barry akan membantu JAAN dalam penyelamatan lumba lumba di Indonesia. Seperti yang disampaikan O’Barry dalam acara Wildlife Protection Series-Dolphin di @america, Pasific Place Jakarta pada Selasa, 5 Februari 2013. O’Barry mengungkapkan bahwa ketertarikannya akan penyelamatan lumba lumba karena alasan pribadi, dulu dia adalah pemilik sirkus lumba lumba, dan ada seekor lumba lumba bernama Flipper yang ‘bunuh diri’ di hadapannya, “Flipper menatapku, dan Aku merasakan kesedihan di matanya, setelah itu dia tenggelam, aku melihatnya tenggelam dan tidak timbul lagi. “ ungkapnya sedih.

Ric O’Barry
Sumber : internet

Kemudian O’Barry menuturkan bahwa keesokan harinya dia masuk penjara karena berusaha melepaskan lumba lumba dari kandangnya. Aksi barry tidak sampai di situ, selanjutnya dia membuat film dokumenter The Cove, sebuah film yang menggambarkan bagaimana lumba lumba dieksploitasi tanpa ampun oleh manusia, dipisahkan antara induk dan anaknya, ada yang dijadikan makanan panggang dan ada yang dilatih untuk menjadi komoditas sirkus yang kemudian diekspor ke seluruh dunia. Mengambil latar di pulau Taeji, Jepang, O’Barry berserta tim, sukses mengambil momen momen nyata dimana lumba lumba digiring ke teluk, di jaring kemudian di panen layaknya bayam.

Femke De Haas
Sumber : Internet

“Di tahun 2009, Saya menerima telepon yang memberitahu bahwa di Bekasi ada atraksi lumba lumba” kata Femmke De Haas aktivis JAAN, menjelaskan awal mula JAAN bersinggungan dengan penyelamatan lumba lumba. De Haas mengaku kaget mendengar telepon itu karena bekasi terkenal sebagai kota yang panas dan kering, tidak cocok dengan habitat asli lumba lumba. Dalam kesempatan ini De Haas juga menyajikan sebuah video bagaimana lumba lumba itu diperlakukan tidak sesuai dengan standar konservasi. “Mereka bilang lumba lumba ini datangnya dari Jawa Tengah” ujar De Haas, kemudian JAAN pun mengkonfirmasikan hal ini dengan badan konservasi dan sumber daya alam (BKSDA) Jawa Tengah, “Menurut pihak BKSDA lumba lumba ini didapat dari nelayan yang tidak sengaja menjaring lumba lumba” ujarnya. Setelah melalui advokasi yang panjang dibuatlah suatu kesepakatan untuk penyelamatan lumba lumba oleh Pemerintah dan JAAN.

Sirkus Lumba lumba tidak hanya terjadi di Bekasi, setidaknya ada dua tempat terkenal yang menyajikan sirkus lumba lumba yaitu Gelanggang Samudera Jaya Ancol, Jakarta dan Taman Safari Cisarua, Bogor. menanggapi hal ini, seorang pihak dari kementerian kehutanan menegaskan bahwa “Yang penting semua ada izinnya, kita harus melihat mana yang berizin dan mana yang tidak”. Secara garis besar pihak kehutanan menekankan bahwa adanya taman marga satwa semisal kebun binatang bertujuan untuk konservasi dan edukasi. Pernyataan pihak kehutanan tersebut memantik emosi aktivis kesejahteraan satwa, “Kebun binatang bukan konservasi tetapi bisnis” teriak seorang peserta diskusi. (Gusti Bayu)