Search
Close this search box.
Paris Fashion Week Haute Couture yang berlangsung 20-24 Januari 2013 lalu kontroversial karena dukung hubungan sesama jenis.

Ourvoice.or.id. Agenda penting gelaran mode dunia untuk tahun 2013 sudah masuk jadwal kalender. Sebagai pembuka, digelarlah “Paris Fashion Week Haute Couture” koleksi Spring-Summer 2013 yang berlangsung dari 20-24 Januari 2013 lalu.

Sedikit tentang “haute couture”. Istilah “haute couture” atau adibusana berasal dari bahasa Perancis. Secara harfiah, kata tersebut menjelaskan teknik pembuatan pakaian tingkat tinggi yang dibuat khusus untuk pemesannya, menggunakan bahan-bahan berkualitas terbaik, dikerjakan dengan tangan, dan pembuatannya memakan waktu lama.

Mudahnya, “haute couture” adalah produk fashion yang dibuat secara khusus dan eksklusif dari segi desain, model bahan pakaian untuk seseorang. Artinya, bukan produk pabrikan yang dibuat secara masif alias pasaran, layaknya produk ready to wear atau siap pakai. Hasil akhir busana haute couture pun bagaikan sebuah masterpiece seni yang layak masuk museum. Jadi jangan heran bila sepotong busana haute couture bisa seharga satu mobil Mercedes-Benz seri terbaru.

Sederet desainer ternama mendapat kesempatan memamerkan karya mereka di kota Paris yang cuacanya kala itu sedang tidak bersahabat. Sebagai catatan, suhu di sana hampir menyentuh nol derajat.

Salah satu desainer yang berpartisipasi adalah Karl Lagerfeld untuk rumah mode Chanel.

Unik dan spektakuler. Dua kata tersebut cukup mendeskripsikan pagelaran busana dari rumah mode Chanel. Setelah menghadirkan turbin di sepanjang catwalk, kini Chanel menghadirkan nuansa hutan, dengan membawa pohon-pohon oaks dan cemara Scots, berikut pasir, ke dalam Grand Palais, venue langganan Chanel di Paris.

Nuansa alam tersebut tampak berpadu dengan dominanannya motif floral yang Karl Lagerfeld, sang creative director Chanel, angkat untuk koleksinya ini.

Fokus Area Bahu

Kali ini Karl menghadirkan model busana dengan fokus pada area bahu. Ini terlihat pada mendominasinya pengaplikasian model bateau neck, doublet-sleet style (model bahu pada pakaian pria abad 19), bahu sabrina dan bahu bervolume pada busana yang Karl tampilkan saat itu.

Untuk model busana haute couture kali ini, desainer asal Jerman yang umurnya tak lama lagi akan memasuki kepala delapan itu, lebih banyak bereksplorasi dengan tube dress (gaun panjang bersiluet lurus). Gaun tersebut hadir dalam bahan tweed, bahan yang identik dengan Chanel, sutra, tulle dan lace, dengan corak floral dalam palet warna gelap dan terang.

Aksen bulu sesekali terlihat menghiasi beberapa gaun-gaun tersebut. Penampilan pun kian terasa glamor.

Pagelaran busananya ditutup dengan sesuatu yang kontroversial. Terlihat dua model perempuan berbalutkan gaun pengantin berjalan sambil berpegangan tangan. Sebuah pesan politik Karl yang merefleksikan dukungannya terhadap perkawinan sesama jenis.

Sumber : tribunnews.com