Ourvoice.or.id – Ketika membahas etika, maka kita sedang membahas moralitas manusia, ungkap Franz Magnis Suseno dalam kuliah perdana Filsafat Etika yang dilaksanakan oleh Komunitas Salihara, 2/2/2013.
Magnis Suseno dalam kuliah umum Filsafat Etika ini (2, 9, 16 dan 25 Februari) akan membahas dari mulai etika klasik (Aristoteles dan Epikuros) sampai etika Jawa. Menurut Magnis dalam makalahnya ada tiga aliran yang bicara tentang kehidupan yang bijaksana. Pertama menurut Aristoteles yang menyatakan bahwa orang menjadi bahagia karena mampu mengembangkan potensi dirinya. Kedua menurut Epikuros, manusia yang bahagia apabila mampu menghindar dari pengalaman yang meyakitkan dan selalu mencapai kebahagian. Pandangan etika ini biasa disebut dengan hedonisme.
Menurut Epikuros menjadi seorang hedonisme suatu hal yang baik, karena mampu menjauhkan diri dari kesusahan diri. Sedangkan yang ketiga menurut Stoa, bahwa manusia yang bahagia ketika dirinya mampu meyesuaikan dengan rasionalitas ilahi.
Dalam kuliah umum kali ini Romo Magnis hanya membahas pandangan Etika pertama dan kedua (Aristoteles dan Epikuros). Jadi kuliah umum kali ini membahas pemikiran klasik pada tahun 384 – 342 SM di Yunani.
Menurut pandangan Aristoteles yang diungkapkan oleh Magnis, kenikmatan bukan sebagai tujuan dari hidup manusia, kalau kenikmatan hanya menjadi tujuan hidup justru tidak ubahnya dengan ciri binatang, ungkap Magnis dalam makalahnya. Sehingga baik Aristoteles maupun Magnis tidak meyetujui pandangan Epikuros tentang kebahagian yang hedonisme (hidup selalu untuk kesenangan dan menghindari hal yang meyusahkan).
Mendapatkan kebahagian ataupun kenikmatan bukan hal yang salah atau buruk tetapi bukan menjadi tujuan utama, ungkap Magnis. Yang utama adalah bagaimana mengembangkan potensi diri untuk berbuat maksimal terhadap semua karya diri dan kemudian untuk kebaikan komunitas, disitulah kebahagian yang ditegaskan oleh Magnis Suseno. Pandangan ini sepertinya yang diungkapkan oleh oleh Aristoteles yang tertuang dalam makalah dan sepertinya didukung oleh pandangan Magnis Suseno secara pribadi.
Kritik Magnis terhadap dua pandangan filsafat diatas, pertama pandangan etika yang hanya mencari kebahagian (hedonisme) bukanlah sesuatu kebahagiaan, manusia dalam kehidupan juga harus menghadapi hal-hal yang dianggap masalah selain hal yang meyenangkan. Masalah justru menjadi tantangan sendiri bagi setiap manusia untuk terus berbuat baik dan berefleksi, kira-kira itu ungkapan Magnis atas kritik etika ala Epikuros.
Sedangkan kritik Magnis (walau Magnis sepertinya lebih setuju Etika ala Aristoteles dibandingkan Epikuros), pada pandangan etika Aristoteles bahwa keadilan bukan hanya tuntutan kebijaksanaan melainkan keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar oleh manusia. Romo Magnis sepertinya ingin menegaskan bahwa tujuan utama manusia (baca: kewajiban) ada dibumi memang untuk memaksimalkan melakukan kebahagian-kebahagian diri untuk mahkluk lain. Mungkin dalam teologi kekristenan bisa dikatakan pelayanan. Hal itu bukan suatu “pilihan” tetapi sebuah kewajiban, ungkap Magnis Suseno. Begitulah seharusnya menjadi manusia, sesuai yang dipusatkan dalam pandangan etika Immanuel Kant. Tetapi ntuk mencapai etika yang diungkapkan oleh Romo Magnis tidak selalu harus dalam lingkup agama, seorang penganut ateisme juga memungkinkan memiliki etika itu. (Hartoyo)
Makalah Dapat didownload Kuliah_Umum_Filsafat_Etika_Yunani-Franz_Magnis Suseno