Ourvoice.or.id. Wyatt dan Jonas Maines terlahir sebagai kembar identik. Meski kembar, keduanya tidak merasa mirip satu sama lain. Jonas besar menjadi seorang anak laki-laki Amerika pada umumnya. Sementara saudara laki-lakinya Wyatt merasa tidak menikmati hidupnya sebagai anak laki-laki.
Anak kembar ini awalnya sama-sama berjenis kelamin laki-laki. Namun seiring berjalannya waktu, salah seorang anak kembar ini merasa terjebak di tubuh laki-laki dan memilih jadi perempuan. Pada Boston Globe, Wyatt mengatakan dia selalu merasa dirinya adalah seorang anak perempuan.
Akhirnya dengan bantuan dan izin orangtuanya, laki-laki 14 tahun itu pun berganti kelamin menjadi seorang remaja perempuan. Wyatt pun mengubah namanya menjadi Nicole.
“Aku selalu tahu kalau aku sebenarnya anak perempuan. Aku pikir aku ingin menjalani operasi untuk mendapatkan tubuh perempuan yang sesuai dengan diriku,” kata Nicole yang mulai mengonsumsi hormon untuk menghentikan hormon laki-lakinya
Tentu saja langkah Wyatt mengubah dirinya menjadi Nicole tidak berjalan tanpa hambatan. Permasalahan hukum dan diskriminasi adalah sejumlah hal yang harus dilalui keluarganya hingga. Nicole dan keluarganya mendapat dukungan dari Children’s Hospital Gender Management Services Clinic di Boston.
Rumah sakit tersebut didirikan oleh endocrinologist Norman Spack dan urologist David Diamond pada 2007. Kasus Nicole ini, di mana seorang anak remaja memiliki isu gender, baru pertama kalinya terjadi di Amerika. Sehingga kasus itu pun begitu mendapat perhatian banyak pihak.
Meski menjadi kontroversi, ibunda kedua anak kembar itu, Kelly tidak pernah berhenti memberikan dukungan. Kelly sama sekali tidak meragukan keinginan salah satu anak kembarnya yang ingin menjadi seorang remaja perempuan. “Aku percaya pada Nicole. Dia selalu tahu siapa dirinya,” ujarnya.
Setelah melakukan berbagai pertimbangan Wayne Maines, ayah dari Nicole, memutuskan mengangkat kisah keluarganya ke publik untuk mendapatkan dukungan. Apalagi kini keluarganya kerap mendapat cacian. Mereka yakin ada juga keluarga lainnya yang menghadapi masalah serupa.
“Kami mengatakan pada mereka untuk tetap mengangkat kepala, bangga dan saling melindungi diri mereka juga teman mereka. Aku bangga pada mereka berdua karena mereka tidak melupakan pelajaran itu dan tetap membantu sesama apabila memang itu aman dilakukan,” urai Wayne yang bekerja sebagai Director of Safety and Environmental Management di University of Maine, Orono, Amerika Serikat, melalui emailnya pada ABC News.