Ourvoice.or.id. Bersama-sama dengan pemusik internasional Ricky Martin dan Yvonne Chaka Chaka, dan lainnya, Sekretaris-JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon pada hari Selasa (11/12) menyerukan untuk mengakhiri kekerasan dan diskriminasi berdasarkan gender dan orientasi seksual.
“Izinkan saya mengatakan ini dengan keras dan jelas: lesbian, gay biseksual dan transgender memiliki hak yang sama dengan orang lain. Mereka, juga, dilahirkan bebas dan sederajat,” ujar Ban dalam sebuah acara khusus perlunya kepemimpinan dalam memerangi homofobia, yang diadakan di Markas Besar PBB di New York.
“Ini sebuah penghinaan bahwa di dunia kita yang modern, begitu banyak negara yang terus menerus menghukum mereka hanya karena mencintai seorang manusia dari jenis kelamin yang sama. Pada umumnya, hukum ini tidak berkembang di dalam negeri. Hukum ini diwariskan oleh kekuasan kolonial sebelumnya,” Ban menambahkan, dan menambahkan bahwa “hukum-hukum ini harus dihilangkan.”
Acara tersebut – yang diadakan oleh Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) dengan berbagai misi tetap di PBB, serta Human Rights Watchdan Komisi Hak Asasi Manusia Internasional untuk Gay dan Lesbian – terkait dengan Hari Hak Asasi Manusia, yang diadakan pada hari Senin (10/12)
Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) pada tanggal 10 Desember 1948 – dan sejak itu, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia di dunia. UDHR memaparkan hak asasi dan kebebasan yang luas dimana semua lelaki dan perempuan, dimana pun di dunia, memiliki hak, tanpa adanya diskriminasi.
Pada bulan Desember 2011, OHCHR mempublikasikan laporan PBB resmi yang pertama kali mengenai kekerasan dan diskriminasi terhadap lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT),
Laporan tersebut mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia. Lebih dari 76 negara masih mengkriminalisasikan konsensus, hubungan sesama jenis, sementara diskriminasi terhadap LGBT terus meluas – termasuk di tempat kerja dan di sektor pendidikan dan kesehatan. Kebencian memotivasi kekerasan terhadap LGBT, termasuk serangan fisik, kekerasan seksual, dan menjadi sasaran pembunuhan telah tercatat di semua wilayah.
Dalam komentarnya, Sekretaris-Jenderal mencatat bahwa UDHR, dalam artikel pertamanya, menyatakan bahwa “Semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak.
“Semua manusia – bukan beberapa, bukan sebagian besar, tetapi semuanya,” Ban menegaskan. “Tidak ada yang bisa menentukan siapa yang berhak mendapatkan hak asasi manusia dan siapa yang tidak berhak.”
Menurut OHCHR, sementara pendapat di antara Negara masih terbagi-bagi mengenai masalah ini, sentimen telah bergeser secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2005, ketika pernyataan bersama pertama kali mengenai hak asasi manusia atas orientasi seksual dan identitas gender diusulkan kepada yang kini menjadi-Komisi Hak Asasi Manusia, hanya 32 Negara yang menandatangani.
Pada tahun 2011, jumlah tersebut telah tumbuh menjadi 85, yang mencerminkan meningkatnya kesadaran akan tindakan kekerasan dan diskriminasi terhadap LGBT telah mendapatkan perhatian badan dunia. Bulan Juni tahun lalu, Dewan Hak Asasi Manusia mengadopsi resolusi PBB yang pertama mengenai kekerasan dan diskriminasi terhadap LGBT.
Mereka yang ambil bagian dalam acara khusus tersebut termasuk Menteri untuk Hak Perempuan dari Perancis, Najat Vallaud-Belkacem; Uskup Agung Emeritus Desmond Tutu, lewat video-link dari Afrika Selatan; Blas Radi, Olena Shevchenko dan Gift Trapence, pembela hak asasi LGBT dari Argentina, Ukraine dan Malawi, serta musisi dari Afrika Selatan, penyanyi dan pelaku kampanye Yvonne Chaka Chaka, dan penyanti pop Ricky Martin.
“Kita semua harus menentang homofobia, terutama mereka yang dianggap sebagai pemimpin masyarakat serta lainnya di mata publik,” kata Ban dalam pertemuan.
Berbicara dari pengalamannya sebagai seorang perempuan kelahiran Afrika Selatan di masa apartheid, Chaka Chaka mengatakan bahwa perlawanan terhadap homofobia tidak beda jauh dengan perlawanan terhadap rasisme dan seksime.
“Perjuangan untuk kesetaraan bukan sesuatu yang bisa dipilih-pilih. Anda tidak bisa menerima kesetaraan hanya untuk beberapa orang saja tetapi menahannya dari orang lain karena mereka tidak sepaham dengan Anda atau Anda tidak setuju dengan mereka. Kesetaraan adalah kesetaraan untuk semua atau tidak bukan kesetaraan sama sekali,” menurut dia, sebagai tambahan, dia menyerukan agar lebih banyak selebritis untuk mengambil sikap terhadap homofobia.
“Kami tidak meminta hak-hak istimewa,” ujar Ban dalam pertemuan. “Kami hanya meminta hak yang sama. Kami tidak ingin untuk lebih atau kurang; kami hanya ingin disamakan.”
Dalam pesan videonya, Uskup Agung Tutu mengatakan, “Kita tidak dapat mengatakan bahwa masyarakat kita adalah bebas dan setara selama beberapa orang masih diperlakukan dengan rendah, bahkan ditolak hak-hak dasar mereka sebagai manusia.
Sekretaris-Jenderal – yang mengajukan sebuah banding internasional dua tahun lalu untuk tindakan mengakhiri kekerasan dan diskriminasi terhadap LGBT – dan mengatakan bahwa ketika beliau berbicara dengan para pemimpin dunia mengenai perlunya kesetaraan bagi orang-orang LGBT banyak yang mengatakan seandainya mereka bisa berbuat lebih banyak, tetapi mengatakan bahwa opini publik berperan sebagai penghalang untuk maju.
“Saya paham kadang sulit untuk melawan opini publik. Tetapi jangan hanya karena mayoritas tidak setuju terhadap individu tertentu bukan berarti Negara bisa menahan mereka dari hak-hak dasarnya,” Ban mengatakan. “Demokrasi lebih dari sekedar keputusan mayoritas. Demokrasi perlu untuk membela minoritas yang rentan dari kekerasan mayoritas. Demokrasi berkembang dari keragaman. Pemerintah memiliki kewajiban melawan prasangka, bukan untuk memanasinya.
Misi tetap di PBB yang mengambil bagian dalam acara khusus pada hari Senin (10/12) antara lain Argentina, Brasil, Kroasia, Uni Eropa, Pernacis, Israel, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia dan Amerika Serikat. Ban menyampaikan ucapan terima kasih kepada “kelompok inti LGBT lintas-daerah Negara-negara Anggota” atas upaya mereka dan berharap negara-negara lainnya akan bergabung dengan kelompok itu.
“Anda dan saya serta mereka yang memiliki hati nurani dimana pun harus terus mendorong sampai kita mewujudkan janji dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia bagi semua orang,” kepala PBB menambahkan. “Semua orang dilahirkan bebas, bermartabat dan hak yang sama – dan harus menjadi kenyataan dalam kehidupan mereka setiap hari.”
Link Video pernyataan Ban Ki-monn–>http://www.unmultimedia.org/tv/unifeed/2012/12/un-homophobia/
Sumber : http://www.unic-jakarta.org