Ourvoice.or.id – Hari-Hari Salamander adalah sebuah kumpulan cerpen yang ditulis oleh sekelompok aktivis isu perempuan. Benang merah dari kumpulan cerpen ini adalah masalah perempuan dalam menjalani hidup, mulai dari kegelisahan akan ketidak-setaraan, hak kesehatan reproduksi, dan kekerasan dalam rumah tangga. Ourvoice Indonesia pada Jum’at, 14 Desember 2012 membedah kumpulan cerpen ini. Dalam acara ini penulis yang terlibat dan penerbit turut hadir. Caroline Monteiro, dari Penerbit Buku Perempuan, menjelaskan ide awal pembuatan kumpulan cerpen ini. Dia menuturkan bahwa pembuatan buku ini memakan waktu kurang lebih satu tahun, “Awalnya ngobrol-ngobrol dengan teman-teman aktivis, akhirnya sepakat ingin menerbitkan buku dengan cara indie (baca: menulis buku sendiri, mencetak sendiri dan menjual sendiri).” Lalu Caroline melanjutkan, di awal banyak yang ingin terlibat namun dalam perjalanannya banyak yang mengundurkan diri hingga menyisakan 10 orang penulis saja. Dalam proses pembuatan ada beberapa kesulitan, “Ada beberapa yang bentuknya tidak seperti cerpen, tetapi lebih mirip laporan penelitian, ada juga yang berbentuk testimoni,” ujar Caroline. Meskipun begitu, dia mengakui sudah ada yang mahir menulis cerpen. “Aktivis bisa menjaring aktivis baru dengan bergerilya.” ujar Gayatri, penulis Blues Biru Dalam Kenangan, ketika ditanya motivasi menulis pada kumpulan cerpen Hari-Hari Salamander. Menurutnya, ini adalah bentuk gerilya untuk memperjuangkan isu perempuan, dia pun mengatakan bahwa delapan dari sepuluh pembaca buku ini adalah aktivis, jadi buku ini dapat menjaring aktivis baru. Dalam acara bedah buku kali ini, Santosa Amin dan Dennis Setiano masing-masing membacakan satu cerpen di buku ini. Dennis membacakan Blues Biru Dalam Kenangan,“Ada beberapa kosakata yang Saya tidak tahu artinya.” ungkapnya. Kemudian Kau Cium Kata Pada Kutangku dibacakan oleh Santosa Amin, setelah dibacakan dia pun berkomentar “Cerita pada cerpen ini tidak terduga”.