Ourvoice.or.id. China telah melarang institusi kesehatan dari menahan perawatan bagi mereka yang terkena HIV/AIDS setelah muncul protes terhadap seorang pasien kanker yang memiliki HIV/AIDS yang telah ditolak untuk mendapatkan perawatan.
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan sebuah memo pada Jumat (23/11) memerintahkan para pejabat untuk mengambil langkah yang menjamin hak perawatan medis bagi mereka yang mengalami HIV/AIDS, menurut pemberitaan dari kantor berita resmi Xinhua.
Xinhua mengatakan memo tersebut memperingatkan bahwa pelanggar akan menghadapi hukuman berat, tanpa bisa mendapatkan pembelaan diri. Gerakan ini muncul setelah seorang pasien kanker paru-paru berusia 25 tahun di Tianjin, sebuah kota pelabuhan besar di kawasan tenggara Beijing, ditolak mendapatkan perawatan setelah statusnya sebagai pengidap HIV/AIDS terdeteksi.
Pasien itu yang diidentifikasi dengan nama samaran Xiaofeng, kemudian bisa mendapatkan tindakan operasi di lokasi lainnya setelah mengungkapkan kondisinya, menurut surat kabar China Daily yang dikelola pemerintah.
Penderitaan lelaki ini menyebabkan Wakil Perdana Menteri Li Keqiang – yang minggu lalu mengambil alih posisi nomor dua dalam jajaran atas Partai Komunis dan dinilai akan menjadi kandidat utama sebagai Perdana Menteri pada Maret nanti – mengangkat masalah ini.
Li pada Rabu (21/11) lalu meminta perawatan medis yang layak bagi mereka yang menderita HIV/AIDS setelah ia membaca penderitaan lelaki ini.
Meng Lin, seorang pasien AIDS di Beijing yang dikutip oleh China Daily mengatakan ia ditolah berkali-kali ketika mencari perawatan bagi masalah ginjalnya.
Ia mengatakan telah menyembunyikan kondisinya dari para dokter-dokter supaya bisa mendapatkan perawatan.
“Aku tak ada pilihan lain. Berbohong atau mati,” katanya.
Diperkirakan ada sekitar 780 ribu orang dengan HIV/AIDS di China pada akhir tahun lalu, menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit di China, dari total populasi negara itu yang mencapai 1,3 miliar.
Pihak pemerintah China telah dipuji dengan bertambahnya akses obat-obatan HIV/AIDS bagi para pasien, meski diskriminasi masih menjadi problem.
sumber : beritasatu.com