Ourvoice.or.id. Komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender di Indonesia atau yang akrab disebut LGBT menjadi kelompok yang dianggap abnormal, sakit ataupun menyimpang.
Tak heran dalam kehidupan bermasyarakat, kelompok minoritas ini kerap mendapatkan perlakuan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.
Tindakan diskriminasi diakui ketua Forum Komunikasi waria Indonesia, Merlyn Sofyan. Sosok yang pernah menjadi Miss Waria Indonesia 2011 itu mengaku, meski baru mengarah sikap berprasangka adanya perilaku yang kurang baik.
“Pandangan yang keliru diarahkan pada kaum homoseksual sering berasal dari persepsi bahwa aktivitas homoseksual adalah tidak bermoral,” kata Merlyn Sofyan disela-sela diskusi “Diskiminasi Berbasis Orientasi Seksual” oleh Yayasan Denny JA (YDJA) di Pisa Cafe, Jakarta, Rabu (23/10/12).
Sebagai waria, Merlyn Sofyan mengaku nyaris bunuh diri saat usianya 23 tahun. Dimana banyak orang menjauhi dirinya saat mengetahui adanya perubahan pada diri Merlyn.
“Aku sadar bahwa hidup ini pilihan dan semua itu keputusanku sehingga kita sebagai waria harus mengakui hal itu, dan kami tak pernah meminta dilahirkan sebagai waria, karena dengan mendandani diri seperti perempuan aku mendapatkan kenikmatan batin,” ungkap Merlyn yang mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Northern California Global University Amerika karena keterlibatannya sebagai aktivis sosial HIV/ AIDS.
Direktur YDJA, Novriantoni Kahar mengatakan, dalam beberapa survei di Indonesia, kelompok yang kemudian disebut LGBT adalah salah satu kelompok yang paling dijauhi oleh masyarakat yang menganggap mereka abnormal, sakit, menyimpang, dan sebagainya.
“Diskriminasi pun sehari-hari menimpa kelompok ini, baik dari kebijakan negara, aparat maupun masyarakat secara umum, sehingga muncullah suatu sikap yang disebut homophobia,” kata Novri.
Hingga saat ini, lanjutnya, lebih dari 70 negara masih mengkriminalisasikan kelompok LGTB dalam kebijakannya, sehingga ada jutaan kelompok LGTB terancam penangkapan, dipenjarakan dan bahkan di beberapa negara dihukum mati.
Di Indonesia sendiri, ungkapnya, melalui Kemenkes pada 1993 di dalam Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ) III juga mengeluarkan homoseksual dari klasifikasi sebangai penyakit/gangguan jiwa.
Sementara itu peneliti sosial dari UIN sunan Kalijaga Yogjakarta, Prof Koeswinarno mengatakan kelompok LGBT memiliki kehidupan yang wajar seperti kaum heteroseksual, cuma memang orientasi seksnya berbeda.
“Saya kira tidak hanya sekedar bisa memberikan perspektif memahami kehidupan mereka namun harus bisa memahami dan kemudian menerima mereka sebagai bagian dari kita, menghormati pilihan itu penting,” kata Koeswinarno. [dit]
Sumber : http://metropolitan.inilah.com