Search
Close this search box.

Diskusi Film: Madame X, From Zero To Hero

“From zero to hero,” Itulah kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan film Madame X. Film  besutan sutradara Lucky Kuswandi tahun 2010 lalu ini menceritakan tentang  Adam, waria yang menjadi superhero. Waria yang selalu menjadi objek kekerasan digambarkan bangkit melawan orang-orang yang menyakitinya.  Our voice Indonesia pada hari Sabtu, 13 Oktober 2012 mengadakan acara nonton bareng film Madame X.  Nia DiNata sang produser dan Lucky Kuswandi sang sutradara pun hadir pada acara bulanan di Ourvoice Indonesia ini.

“Ide pembuatan film ini datang dari Aming (pemeran Adam) yang ingin membuat karakter superhero yang di luar kebiasaan,” ucap Lucky ketika ditanya dapat inspirasi dari mana atas film ini.  Lucky pun menjelaskan bahwa karakter Madame X terinspirasi dari karakter-karakter superhero asal Jepang, misalnya Sailor Moon. Film ini, lanjut Lucky, memang sengaja dibuat untuk nyeleneh dan untuk mengkritik kondisi sosial saat itu, di mana saat itu tahun 2008 sedang hangat isu undang-undang pornografi yang kami tolak. Satu kritik sosial yang penting untuk pemerintah adalah sempitnya lahan pekerjaan bagi waria. “Di dalam film, Adam mengeluarkan pernyataan ketika bertemu dengan Kanjeng Badai di diskotek ‘Banci kalo gak bebencongan ya melacur jadi jika dalam film ini ada penggambaran waria melacur bukan bermaksud untuk menambah citra negatif terhadap waria tetapi merupakan kritik ke pemerintah atas sempitnya lahan pekerjaan bagi waria.” Ujarnya. Lucky pun menyadari bahwa film Madame X diputar sangat singkat di bioskop, hal ini dikarenakan tidak adanya kekuatan untuk memaksa bioskop memutar film ini lebih lama.

Diskusi pun mengalir santai, teman-teman Lesbian, Gay Biseksual dan Transjender (LGBT) yang hadir mulai angkat suara mengenai film-film LGBT indonesia yang sangat heterosentris dan me-lokalisasi karakter waria hanya di lingkungan salon atau pun jalanan remang. “Tidak mungkin satu film berisi berbagai macam isu, untuk itu teman-teman LGBT harus membantu membuat film bertemakan LGBT agar suara-suara teman-teman sendiri ikut terdengar.” Jawab Nia Dinata. (Tgh)