Sebut saja namanya Salim, 33 tahun. Lelaki Palestina ini adalah gay dari Kota Jenin, Tepi Barat. Ia sudah delapan tahun menjalin hubungan cinta dengan Ezra, 40-an tahun, gay Israel yang bekerja sebagai teknisi komputer.
Hubungan rahasia itu awalnya berjalan lancar dan tidak ketahuan siapapun. Namun itu hanya bertahun tiga tahun. Aib itu diketahui keluarga Salim. Tak pelak, sejak saat itu nyawa Salim terancam. Palestina memang masih mengharamkan hubungan sejenis. Sebab itu jika ketahuan pelakunya dapat dibunuh. Apalagi, Islam memang melarang gay dan lesbian.
Situasi ini sangat mencemaskan. Sebab itu, mereka berupaya agar bisa tinggal bersama di Tel Aviv, rumah Ezra. “Hati saya sangat tersiksa dan membutuhkan kekasih di samping saya,” kata Ezra, seperti dilansir surat kabar Yediot Ahronot.
Di Israel, pasangan gay dan lesbian dapat hidup aman dan tenang. Meski agama Yahudi juga mengharamkan, namun pemerintah Israel telah mengesahkan undang-undang yang membolehkan hubungan sejenis pada 1998. Bahkan pada bulan lalu, negara Zionis itu membolehkan pasangan semacam itu mengadopsi anak.
Harapan itu terkabul pada akhir Maret lalu. Otoritas keamanan Israel di Tepi Barat memberikan izin bagi Salim tinggal di Tel Aviv. Dokumen itu harus diperpanjang saban bulan hingga ada keputusan dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri. “Kami memberikan izin sementara kepada orang Palestina ini karena pengacaranya mengatakan hidupnya terancam dalam masyarakat karena orinetasi seksualnya,” ujar Peter Lerner, juru bicara keamanan Israel.
Semua itu tak didapatkan dengan mudah. Karena putus asa, Salim langsung menyurati Mayor Jenderal Yusuf Mishlav, pejabat tinggi keamanan Israel di Tepi Barat. Ia mengadukan dirinya menerima ancaman sejak keluarganya tahu ia seorang gay dan berpacaran dengan gay Israel.
Mungkin ini yang membuat Mishlav tersentuh. Salim pun lantas menjalani sejumlah prosedur, termasuk diperiksa Shin Beth (dinas rahasia dalam negeri Israel). “Tidak ada yang salah dengan saya. Apa yang saya inginkan adalah bersatu dengan pacar saya,” kata Salim.
Kini keduanya sudah bersama. Salim dan Ezra bisa menjadi satu contoh bahwa perdamaian Israel dan Palestina masih mungkin terjadi.(mdk/fas)
sumber : http://m.merdeka.com