Search
Close this search box.

Diskusi Buku: Sang Zahid, Mengarungi Sejarah Gus Dur

Aduhai, betapa bahagia mereka yang berhati tulus, mereka yang ketika hadir tak dikenal (tak dimengerti), manakala pergi mereka dicari kesana kemari, mereka itulah obor-obor yang menerangi jalan lurus melalui mereka, tampak terang benderang segala fitnah orang-orang zalim,” (H.R. Al-Baihaqi).

Itulah kutipan sebait dari buku “Sang Zahid Mengarungi Sufisme Gus Dur,”

(6/10/2012)Tepatnya hari sabtu sore pukul 16.00 WIB, di kantor kesekretariatan Our Voice, diadakan sebuah acara  Bedah Buku “Sang Zahid Mengarungi Sufisme Gus Dur,” karya KH. Husein Muhammad.

Acara yang mengundang narasumber sekaligus penulis bukunya ini langsung mendapat tempat bagi para peserta yang mengikuti bedah buku tersebut. Antusiasme mereka terwakili dari pertanyaan yang dilontarkan oleh sang moderator. Apa itu sufisme? Dan pertanyaan itu yang mengawali diskusi sore yang cerah itu, Menurut KH. Husein Muhammad, definisi Sufisme, adalah dimensi substansi ajaran agama / dimensi batin, kerendahan hati, kebersihan hati dan diaplikasikan dalam bentuk kesadaraan, kepasrahan, ketabahan. Dimensi yang dilahirkan sufisme mengajarkan alam semesta karena “cinta.”

Ada sebuah syair, “Aku dulu adalah misteri, aku ingin menghilang, berkat aku, mereka mengenal.” Bahasa yang digunakan mencintai Tuhan, manusia sendiri adalah aktualisasi dari Tuhan, dan penampakan dari Tuhan, dasarnya keyakinan kepada Tuhan.

“Sufisme, buah dari sebuah keberagaman, menciptakan buah yang indah di pandang dan menjadikan perbedaan ruang prestasi yang baik. begitu pula dengan pengertian tentang Zahid, aspek dari sufisme kebersahajaan, tidak terlalu gembira bila mendapatkan kerendahan hati, dan juga sebagai jembatan bagi kaum sufi,” KH. Husein Muhammad berpuitis.

Selain menjelaskan apa itu sufisme dan zahid, KH. Husein Muhammad juga menceritakan bagaimana kedekatan beliau dengan keluarga Almarhum Gus Dur. Selama 15 tahun, KH. Husein Muhammad tinggal bersama Almarhum, istri (ibu sinta), beserta ke empat anak almarhum. Gusdur sering sekali menghadiri setiap undangan, di mana di setiap acara tersebut atau di setiap dialog Gus Dur selalu tertidur, namun Gus Dur selalu bisa menjawab dengan benar walaupun beliau tidak memperhatikan dialog/diskusi yang Gus Dur hadiri, karena menurut beliau, dia selalu tahu apa isi diskusi/dialog, hanya dengan melihat dari tema-tema acara yang akan didiskusikan.

Bukan hanya di negara Indonesia, sosok Gus Dur juga dikenal bahkan sampai mancanegara. Banyak tokoh-tokoh dunia yang mengenal sosok beliau. Dan bukan hanya itu, Gus Dur juga pernah melakukan beberapa keberpihakan atas nama pembelaan kepada penyanyi dangdut, Inul Darastita, yang mana Inul sempat dicekam karena goyangan khasnya yang dianggap terlalu vulgar, dan beliau juga pernah memberikan dukungan kepada Dorce Gamalama, Selebritis yang memutuskan melakukan operasi pergantian kelamin (male to female), yang selalu dianggap “salah” oleh beberapa pihak yang merasa mayoritas, menurut Gus Dur, “hati itu tidak bisa dihukumi, kita selalu menghukumi ekspresi, biar saja Tuhan yang akan menentukan semua itu, apakah kita benar atau kita salah, meskipun memakai dalil belum tentu itu benar.”

Gusdur mencintai keberagaman, dan mencintai perbedaan.

Disela-sela diskusi, sang moderator memberikan beberapa tulisan-tulisan yang dikutip dari celotehan Gus Dur dan mempersilahkan kepada para peserta diskusi untuk membacakannya. Salah satu diantaranya ada yang membacakan kutipan Gus Dur yang berbunyi, “Sabar itu gak ada batasnya, kalo ada batasnya berarti tidak sabar.” Kemudian disusul dengan statement Gus Dur yang lainnya, “Perdamaian itu ada di kalangan orang-orang yang percaya adanya Tuhan.”

Setelah para peserta membacakan kutipan Gus Dur, diskusipun dilanjutkan dengan tanya jawab, Jen kattleya, seorang transjender asal Bogor, yang mempertanyakan maksud dari sebuah “kitab kuning.” Dan KH. Husein Muhammad menjawab “Itu istilah populer yang ada di Pesantren, karena format kertasnya berwarna kuning dengan huruf arab gundul tanpa harokat, dan kitab kuning juga memuat ilmu pengetahuan Islam, seperti Tauhid, Fiqh, Akhlak penjelasan teks Hadist Nabi.

Tujuan agama melindungi 5 hak asasi meliputi (1) Perlindungan hak hidup, (2) Perlindungan hak keyakinan, (3) Perlindungan hak akal fikiran/ekspresi, (4) Perlindungan hak kesehatan produksi, (5) Perlindungan hak milik property.

Setelah kupasan demi kupasan yang mendalam mengenai sufisme, KH. Husein Muhammad membacakan sepenggal syair sebagai penutup diskusi, “Ada tiga tanda keikhlasan seseorang: jika ia menganggap pujian dan celaan orang sama saja, jika ia melupakan pekerjaan baiknya kepada orang lain, dan jika ia lupa hak kerja baiknya untuk memperoleh pahala di akhirat.(Lutfi)