Search
Close this search box.

(ilustrasi : .merdeka.com)
(ilustrasi : .merdeka.com)

Aksi Putri Hartzya alias Putri (23) menyamar sebagai pramugari Garuda Indonesia untuk bisa masuk ke ruang tunggu Terminal Keberangkatan Domestik Bandara Polonia Medan, Minggu (16/9).

Aksi waria yang bernama asli Triharjid ini berakhir di pos pemeriksaan. Langkah warga Jalan Gajah Mada, Medan, ini dihentikan petugas keamanan bandara yang curiga.

“Dia memakai pakaian yang mirip dengan pramugari Garuda Indonesia. Namun tidak seperti biasanya, dia datang sendirian. Biasanya pramugari itu lewat ramai-ramai dan menunjukkan pass pramugari,” kata Kepala Koordinator Pengamanan Bandara Suparyatno.

Berawal dari kecurigaan, petugas pun langsung menanyai Putri. Ketika itu, dia mengaku ingin menemui temannya yang merupakan pramugari salah satu maskapai penerbangan.

Putri juga menunjukkan ID Card pramugari Garuda Indonesia. Namun, waria ini tidak mampu menunjukkan pass pramugarinya. Dia kemudian dibawa ke pos pengamanan bandara.

“Petugas kami kemudian berkoordinasi ke Garuda Indonesia. Pihak maskapai memastikan tidak mempunyai pramugari seperti yang disebutkan,” jelas Suparyatno.

Dalam pemeriksaan selanjutnya, Putri mengaku bercita-cita ingin menjadi seorang pramugari. “Dia ingin menjadi pramugari. Sehari-hari dia memang terbiasa menjadi seorang waria,” paparnya.

Suparyatno mengatakan, berdasarkan pemeriksaan sementara, barang-barang yang dibawa Putri tidak berbahaya. Untuk penyelidikan lebih lanjut, Putri berikut seragam dan ID card palsu itu diserahkan ke pos polisi Bandara Polonia.[has]

Tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi waria adalah faktor utama penyebab dari kejadian ini, berbeda dengan Thailand, sebuah meskapai penerbangan dengan tangan terbuka, menerima kehadiran waria menjadi pramugari dalam perusahaannya. Bagaimana di Indonesia? sangat jauh panggang dari api, jangankan perusahaan besar perusahaan kecil saja masih sulit menerima waria sebagai pekerjanya. alasanya sungguh sangat sederhana yaitu, melihat penampilan dari pada melihat kemampuan. yang lebih parah lagi adalah kelakuan pemerintah yang tidak pernah melihat realita bahwa waria juga butuh akses pekerjaan untuk tetap bertahan hidup di bumi bernama Indonesia. (yp)

sumber : .merdeka.com