KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Waspadai anak lelaki yang berpakaian ketat, atasan berleher V atau yang membawa tas tangan, sebab hal-hal itu merupakan “gejala-gejala” homoseksualitas pada anak-anak, begitu peringatan pihak berwenang Malaysia kepada para orangtua di negeri itu.
Baru-baru ini dua organisasi guru, yang mendapat dukungan pemerintah, menggelar beberapa seminar untuk orangtua dengan materi pembahasan tanda-tanda homoseksualitas, media Malaysia melaporkan.
Pada anak lelaki, gejala-gejala itu meliputi badan berotot serta kecenderungan untuk memamerkannya dengan baju-baju yang ketat, atasan berleher V atau tak berlengan, sebut berita yang dikutip AFP, Jumat (14/9/2012). Anak lelaki yang membawa tas tangan atau berbusana warna terang juga patut dicurigai sebagai homo, kata organisasi guru itu.
Sementara itu “gejala” lesbian adalah kecenderungan anak perempuan untuk selalu makan atau tidur ditemani perempuan lainnya.
“Kami tentu mendukung seminar-seminar itu karena bagus bagi para orangtua untuk mengetahui gejala-gejala LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender),” ujar Wakil Menteri Pendidikan Mohamad Puad Zarkashi kepada AFP, Jumat (14/9/2012). Meskipun demikian dia menolak mengomentari secara langsung soal panduan yang diberikan organisasi itu.
“Setidaknya ada tindakan pencegahan yang dillakukan,” ujar Mohamad Puad, yang meresmikan salah satu seminar di negara bagian Penang beberapa hari lalu itu.
Homoseksualitas merupakan hal terlarang di Malaysia dan sodomi merupakan kejahatan dengan ancaman hukuman hingga 20 tahun penjara.
Para pejabat pemerintah dan otoritas agama secara rutin memperingatkan akan bahaya homoseksualitas bagi masyarakat Malaysia. Tahun lalu pemerintah melarang festival gay tahunan.
Mohamad Puad menambahkan, “Kaum homoseks menyebabkan HIV, jadi mengapa kita harus mendukung aktivitas mereka?”
Seorang aktivis hak-hak kaum gay, Pang Khee Teik mengecam pernyataan soal “gejala” itu. “Diskriminatif dan menyakitkan…. Kementerian Pendidikan membuktikan bahwa pendidikan di Malaysia tertinggal dibandingkan dunia yang lain,” ujarnya seperti dikutip AFP.
“Kementerian pendidikan sendiri sudah menjadi bully dan lelucon,” pungkasnya.