Search
Close this search box.

“Gender Ketiga” dalam Hindu

Hindu sebagai salah satu Agama tertua didunia yang muncul dari Agama Weda dari negeri para Arya (Iran) memiliki salah satu dari tiga dewa utama selain Brahma dan Wisnu dan dalam sebuah penggambarannya memilki salah satu representasi ikonografi Siwa disebut (Ardhanārīśvara) menunjukkan dia dengan satu setengah dari tubuh sebagai laki-laki dan setengah lainnya sebagai perempuan. Menurut Ellen Goldberg, nama bahasa Sansekerta tradisional untuk penggambaran (Ardhanārīśvara) ini adalah diterjemahkan sebagai “Tuhan Setengah Wanita” (The Lord Who Is Half-Woman). Dalam Hindu filsafat, ini digunakan untuk memvisualisasikan keyakinan bahwa kekuatan tertinggi alam semesta suci sebagai baik feminin dan maskulin.

Yang Unik lagi adalah, Dewa Siva digambarkan segai setengah Shiva dan setengah Parvati, parvati adalah istri Shiva yang akhirnya dari pernikahan tersebut melahirkan Ganesha dan Skanda (hemmm, ^^ Apa maksudnya dia menikahi diri sendiri atau dia representasi dari sebuah kelahiran?)

Di India saat ini dalam paspor telah mengakomodir gender “Ketiga” dengan sebutan eunuch (Jadi di paspor ada Laki-Wanita-eunuch) atau lebih deikenal dengan nama Hijra (Yang digambarkan sebagai Kasim) bukan sekedar kasim namun seorang lelaki yang memiliki sifat feminin dan atau yang dai memiliki kelamin ganda. Di India disebutkan sebagai jenis kelamin ketiga dan tidak semua Hijra menginginkan dihilangkanya kelamin laki-lakinya.

Dalam kisah lain, ada Bahuchara Mata dia adalah dewi Hindu yang memiiki alur cerita hampir mirip dengan kisah Hermaproditus dari bangsa Yunani. Satu cerita bahwa ia muncul dalam perwujudan seorang putri yang mengebiri suaminya karena suaminya berlari di hutan dan berprilaku seperti seorang wanita ketimbang berhubungan seks dengan sang istri. Dalam cerita lain dikisahkan ada seorang pria mencoba memperkosanya sehingga dia mengutuk dia dengan impotensi. Ketika pria itu memohon maaf padanya agar kutukan dihapus, ia melunak setelah ia mau menyepakati untuk berjalan di hutan dan dan dia menjadi seperti seorang wanita. Kuil utama untuk dewi ini di Gujarat dan merupakan tempat ziarah bagi hijra, yang melihat Bahucahara Mata sebagai sebuah pelindung.

 

Dalam beberapa versi Ramayana, ketika Rama meninggalkan Ayodhya selama 14 tahun pengasingannya, berduyun-duyun rakyatnya mengikutinya ke hutan karena pengabdian mereka kepadanya. Segera Rama mengumpulkan mereka untuk memberikan perintah kepada mereka untuk tidak berkabung, dalam perintahnya diperintahkanlah semua “pria dan wanita” dari kerajaan-Nya harus kembali ke tempat mereka di Ayodhya. Rama kemudian meninggalkan dan pengembara selama 14 tahun. Ketika ia kembali ke Ayodhya, ia menemukan bahwa hijra, yang tidak laki-laki maupun perempuan, tidak bergerak dari tempat di mana ia memberikan perintah. Terkesan dengan pengabdian mereka, Rama memberikan para hijra anugerah kepada mereka dengan kelahiran dan pernikahan. Dan pemberkatan inilah yang membuat Hijra melakukan puja badhai dengan menyanyi, menari dan memujanya

Dalam Mahabharata, sebelum Perang Kurukshetra, Ahiravan menawarkan nyawa untuk Dewi Kali untuk memastikan kemenangan Pandawa, dan Kali setuju untuk memberinya kekuatan. Pada malam sebelum pertempuran, Aravan mengungkapkan keinginan untuk menikah sebelum ia meninggal. Namun tidak ada wanita yang bersedia menikah dengan pria ditakdirkan untuk mati keesokan harinya, sehingga Krishna menampakkan diri dalam bentuk seorang wanita cantik bernama Mohini dan menikahi dia.

Dewa Aravan inilah yang hingga saat ini dipuja oleh para Hijra dengan menyebut mereka sebagai “Aravanis” dengan kuil Koovagam desa di taluk Ulundurpet di Kabupaten Villupuram dikhususkan untuk Dewa Aravan yang dalam kuil tersebut disebut sebagaiKoothandavar

Penulis : sobatsehati.blogspot.com