Menelusuri jalan di kawasan Patpong, Bangkok, Thailand, mata terasa tidak berhenti berkedip.
Puluhan bahkan ratusan perempuan cantik dan lelaki gagah bertubuh atletis dengan wajah tampan hilir mudik di sepanjang kawasan hiburan tersebut.
Sejumlah bar berdiri kokoh dengan hiasan lampu berwarna warni dan petugas yang ramah menyapa di depan pintu masuk.
Kawasan yang terkenal di dunia itu mulai ramai sekitar pukul 07.00 waktu setempat.
Sesuai dengan aturan yang ditetapkan, tempat-tempat hiburan di kawasan itu harus tutup hingga pukul 02.00 malam. Paling tidak pukul 03.00 sudah tidak ada aktivitas hiburan lainnya, karena dinas kebersihan harus membersihkan kawasan tersebut lantaran di pagi hari sudah dimulai aktivitas perkantoran.
Sepanjang malam itulah banyak orang mencari hiburan sesuai dengan selera dan kesenangan masing-masing.
Tidak hanya hiburan semata, kawasan Patpong juga diisi dengan pasar malam yang menjajakan beragam barang, pakaian, souvenir, aksesori hingga sex toys dan film dewasa.
Ada yang menarik di wilayah yang menurut sejarahnya dibuka oleh imigran asal China tersebut. Seakan ada peraturan tidak tertulis, jika wilayah Patpong dibagi menjadi dua. Ada wilayah yang diperuntukkan untuk kaum gay, lesbi dan transgender ada pula wilayah yang memang diperuntukkan untuk umum.
Karena itu setiap pengunjung yang datang selalu mendapatkan pertanyaan oleh para ‘preman’ atau calo yang bertebaran di pinggir jalan.
“What are you looking for, sir,” ujar salah seorang lelaki paruh baya kepada Beritasatu.com saat turun dari taksi.
Di lokasi tersebut para pengunjung yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke Patpong memang harus banyak bertanya, jika tidak bisa jadi masuk ke dalam tempat yang salah.
Lelaki tersebut memberikan pilihan, jika ingin masuk ke klub atau bar dengan ‘sajian’ laddy boy” ia akan menunjukkan arahnya. Di sanalah kaum penyuka sesama jenis berkumpul.
“If u wanna see real woman, you can go with me,” ujar lelaki yang bisa disebut calo tersebut.
Lokasi dua kubu yang bersebrangan tersebut sangat berdekatan. Jika masuk dari jalur utama, kebanyakan klub menjadi tempat berkumpulnya kaum gay dan transgender.
Masuk sedikit ke jalan dekat pasar malam berada, sejumlah klub dengan sajian striptis atau penari telanjang berjejer hingga ujung jalan besar.
Pintu-pintu klub tersebut sepertinya sengaja dibuka agar pengunjung dapat menyaksikan sedikit dari atraksi para penari telanjang tersebut dan tentunya tertarik untuk masuk.
Sementara klub-klub tempat berkumpulnya kaum gay, agak tertutup. Di antara klub tersebut ada beberapa tempat yang terang-terangan menulis sebagai panti pijat kaum gay dan klub homoseksual.
Sejumlah lelaki berwajah tampan dengan tubuh atletis tampak mengantri untuk masuk tempat tersebut.
Thailand belakangan memang dikenal sebagai surganya kaum guy,lesbi dan transgender. Tidak sedikit mereka yang memiliki kecenderungan kelainan terhadap jenis kelaminnya terang-terangan menunjukkan jati dirinya.