Search
Close this search box.

Aktifis gay Iran merayakan Idaho (sumber : facebook)
Aktifis gay Iran merayakan Idaho (sumber : facebook)

 

Homoseksualitas dilarang di Iran, dipidana dengan dipenjara atau hukum gantung . Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pernah mengatakan bahwa  “tidak ada gay di Iran.”

“Internet telah menjadi hadiah bagi kami,” Arsham Parsi, seorang aktivis gay terkemuka Iran mengatakan kepada Global Voices empat tahun lalu.

Berikut ini adalah hasil wawancara  yang dilakukan oleh Global voice  dengan seorang  yang  telah melakukan penelitian tentang peran internet bagi lesbian, gay, biseksual, dan transjender di Iran. Dr Bronwen Robertson.

Global Voices : Bagaimana Anda mempersiapkan dan mengembangkan penelitian Anda?

Bronwen Robertson : Kami melakukan  riset secara online. Sangat sulit jika melakukan penelitian tentang isu-isu LGBT di tanah di Iran secara Offline,  karena di Iran membicarakan seksualitas masih sangat  tabu dan juga ada risiko-nya berat sekali .

Kami memulai riset dengan sebuah kelompok Facebook rahasia, dan kami menggunakan teknik bola salju, dimulai dengan sekelompok orang dan meminta mereka untuk menjangkau orang lain melalui jaringan mereka. Sangat sulit untuk menemukan orang untuk berbicara secara terbuka, dan ini bisa dimengerti, karena banyak faktor yang menjadi bahan pertimbangan.

Setelah mendapatkan kepercayaan dari mereka, dengan memastikan mereka merasa aman mengetahui bahwa kita tidak akan membuka identitas mereka dengan penelitian, kami mendapatkan beberapa wawasan luar biasa ke dalam kehidupan mereka, dan studi kasus mereka membuat penelitian kami lebih bernyawa.

 

M. asgari, 16tahun dan Ayas Marhoni, 18thn. digantung karena ketahuan ia gay.
M. asgari, 16tahun dan Ayas Marhoni, 18thn. digantung karena ketahuan ia gay.

Global Voices  :  Apa tantangan utama dalam pencapaian penelitian ini?

Bronwen Robertson : Tantangan terbesar bagi  adalah mengembangkan kepercayaan dengan LGBT Iran, tetapi kami juga menemukan sejumlah tantangan lain, dan salah satunya adalah linguistik.

Karena seksualitas adalah suatu topik tabu di Iran, itu benar-benar rumit untuk menemukan kata yang tepat. Sebagai contoh, ‘hamjensbaz’ (homo) adalah istilah yang merendahkan dan ‘hamjensgara’ (homoseksual) adalah istilah yang benar.

Tapi karena fakta bahwa seksualitas adalah suatu hal yang tabu,  gay dan lesbian Iran banyak menyebut diri mereka sebagai ‘hamjensbaz’, karena sebutan itu sudah umum digunakan di ruang publik.

Kami banyak menemukan  homophobia  di dunia online. Salah informasi dan kurangnya kesadaran dalam menumbuhkan toleransi  seringkali  lahir sikap yang membenci terhadap LGBT. Contoh lain adalah kata ‘degarbash’ yang artinya  ‘aneh’. Membuat stigma lgbt kian terpuruk.

Global Voices  : Sejauh apa peran Internet online berdampak pada kehidupan nyata lgbt Iran? Dan Dapatkah Anda memberikan contoh?

Bronwen Robertson : Sudah banyak umpan balik yang menakjubkan. Adanya artikel,  berita-berita global, serta beberapa pendapat para pakar yang disertai kajian ilmiah, yang berpihak, telah membuka mata  para lgbt di Iran.

Media online seperti :  Guardian, Huffington Post, Advocate, Pinknews dan beberapa media lain yang memberikan pemberitaan yang positif menjadi buruan bacaan bagi para lgbt di Iran.  Kurang lebih 800 surat elektronik (email)  kami terima dalam seminggu. Mereka banyak menanyakan berita seperti apa yang bisa membantu mereka (komunitas lgbt Iran).

Yang paling penting  adalah bahwa laporan dari penelitian tersebut mulai menjadi  diskusi  bersama tentang bagaimana  mengimbangi, dan memberikan informasi yang benar kepada komunitas lgbt, tidak hanya di Iran tapi seluruh lgbt yang ada didunia.

Kita akan mendukung sebuah stasiun radio gelombang pendek untuk LGBTs di Iran.  Dan saat ini kami sedang membahas cara mengatur sebuah platform online yang aman bagi mereka .

Sumber : globalvoicesonline.org