INGGRIS – Mahasiswa Oxford University kini tidak lagi harus memakai pakaian akademik khusus gender, setelah adanya kekhawatiran kebijakan tersebut tidak adil bagi kaum transgender. Ini berarti pria dapat menghadiri acara-acara resmi dengan rok dan stoking, sementara perempuan bisa mengenakan jas dan dasi kupu-kupu.
Peraturan baru ini ditetapkan setelah adanya gerakan oleh perhimpunan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Homoseksual (LGBTQ) yang disahkan oleh serikat mahasiswa awal tahun ini. Perubahan yang dimulai sejak 4 Agustus itu juga telah disepakati oleh universitas. Demikian, seperti dilansir dari BBC, Selasa (7/8/2012).
Anggota LGBTQ Jess Pumphrey mengatakan, perubahan ini akan menurunkan secara signifikan tingkat stres mahasiswa ketika ujian. Berdasarkan peraturan lama mengenai pakaian akademis universitas, yang dikenal sebagai subfusc, mahasiswa laki-laki diharuskan memakai setelan dan kaus kaki berwarna gelap, sepatu hitam, dasi kupu-kupu putih, serta kemeja putih polos berkerah dalam jubah hitam mereka.
Sementara itu, siswa perempuan harus memakai rok atau celana panjang warna gelap, kemeja putih, stoking hitam, sepatu, dan pita hitam yang diikat di leher. Jika seorang mahasiswa transgender ingin memakai subfusc lawan jenis mereka harus mendapatkan dispensasi khusus dari pengawas mahasiswa.(rfa)
sumber : okezone.com