Search
Close this search box.

Ustad Rey (sumber Foto: facebook)
Ustad Rey (sumber Foto: facebook)

Suarakita.org – “Menjadi gay atau tidak itu adalah pilihan, bukan takdir. Jangan karena gay, lalu melupakan sang pencipta. Orang gay juga bisa masuk surga. Anjing saja bisa masuk surga, masa gay tidak?” cetusnya.

Keberanian Zemarey Al Bakhin (34) atau akrab disapa Kang Rey membuka identitasnya ke publik sebagai homoseksual patut diacungi jempol. Tak semua orang berani melakukannya. Bahkan menurut Kang Rey ada prinsip di kalangan homoseksual, lebih baik mati daripada mengakui dirinya gay.

Berawal dari curhat di acara sebuah radio Islami di Bandung, akhirnya Kang Rey pun ‘keterusan’ untuk berbagi dengan kalangan homoseksual lainnya atau masyarakat luas.

Sungguh awalnya ia kaget karena ternyata banyak orang sepertinya. Ia mengaku setelah terbuka di radio pada tahun 2005 itu, hingga saat ini lebih dari 100 orang yang mempunyai masalah sama, mendatanginya. Prinsip saya, kalau memang tidak bisa mencintai perempuan, lebih baik hidup sendiri,” tegasnya.

“Saat berbagi kisah di radio itu, saya kan sebutkan nomor telepon saya. Setelah itu, banyak yang SMS dan menelepon mengajak ketemuan atau hanya sekedar chat di facebook,” katanya.

Sebuah Perjalanan

“Sejak kecil dan masuk sekolah dasar, saya memang sering diolok-olok oleh teman-teman lainnya. Sikap saya dianggap seperti perempuan. Saat itu wajah saya pun terlihat cantik daripada kasep (tampan-red). Makanya sering dipanggil Eneng (panggilan anak perempuan di Sunda),” katanya.

Hal itu diakuinya tak terlalu mengganggunya. Namun hal yang dulu dianggap biasa, menjadi sesuatu hal yang mengganggu saat memasuki bangku SMP. “Saya mulai mempertanyakan mengapa saya begini kepada Allah. Kenapa tidak seperti yang lain,” tuturnya.

Di tengah kegalauannya, Kang Rey seolah mendapat jawaban tentang teka teki dirinya. Saat ia merasakan getaran terhadap teman sekelasnya. Ya, teman laki-lakinya.

“Saya menemukan pujaan hati saya, dan ternyata gayung bersambut. Saat itu saya kelas 2 SMP,” tuturnya. Ketika rasa bahagia menghampiri hidupnya  karena menemukan orang yang disayang dan menyayanginya,namun ia dihantui rasa kebimbangan yang dalam karena bertentangan dengan agama islam.

Kebersamaannya dengan teman laki-lakinya itu terputus saat jelang kelulusan. “Dia meninggal karena kecelakaan. Saya ikut dalam kecelakaan itu, tapi selamat,” ujar pria yang September tahun ini berumur 34 tahun.

Diakui Kang Rey, ia sangat terpukul dengan kematian teman terdekatnya tersebut. Ia mulai menjadi penyendiri. Jarang bergaul. Saat kesendiriannya itulah ia mulai berusaha mendekatkan diri pada Allah SWT.

Akhirnya pada tahun 1997, menjadi titik balik Kang Rey. Ayahnya meninggal dunia. “Beberapa bulan sebelum meninggal, ayah yang ternyata sudah mengetahui kondisi saya, berkata hanya Allah yang bisa menolong saya,” katanya.

Kang Rey, berusaha membungkam dan mengubur perasaan terhadap lelaki, kemudian ia  mulai berusaha mencintai seorang perempuan. “Saya pernah empat kali pacaran, dengan perempuan terakhir, saya akhirnya bisa jatuh cinta. Namanya Nur, kini ia jadi istri saya,” katanya.

Meski bisa mencintai dan menikahi perempuan, diakui Kang Rey, nalurinya menyukai sesama jenis masih kuat. “Kalau saat ini saya ditanya apakah saya masih menyukai  lelaki? Jawabannya iya. Saya masih suka dengan laki-laki yang ganteng,” tandasnya.

Sebuah Pro- Kontra

Diakuinya bahwa hujatan datang bertubi-tubi dari para ulama,  yang menganggapnya sudah gila karena berani buka-bukaan pada publik mengenai orientasi seksualnya , namun menurutnya itu salah satu cara membuka mata masyarakat jika kaum gay benar-benar ada.

“Kami ini ada dan perlu dirangkul. Jangan hindari, jangan dibenci” ujarnya.

Hujatan tidak hanya datang dari para ulama, tapi juga datang  dari kelompok homoseksual yang ada di Bandung. Mereka merasa terganggu dengan langkahnya yang bergerilya dari masjid ke masjid untuk berbagi kisah.

“Alasan mereka mencintai itu adalah hak asasi. Hal yang sering dikatakan ‘saya juga tak mau seperti ini, tapi bagaimana lagi, Tuhan menciptakan saya ‘beda’. Itu selalu alasan mereka,” kata Kang Rey.

Bahkan ia pun mengaku pernah mendapat ancaman dari klub homoseksual. Bahkan teman-teman facebooknya pun melakukan hal sama. Namun hal itu tak menyurutkannya.

“Saya menentang keras kalau ada yang bilang ini takdir. Ini bukan soal takdir, ini soal pilihan,” tambah Kang Rey yang pernah menerbitkan buku berjudul “Tuhan tidak pernah Iseng”.

Sumber : bandung.detik.com