Bandung. Ourvoice – Seorang Zemarey Al Bakhin (34) atau akrab disapa Kang Rey di Bandung membuka identitasnya ke publik sebagai homoseksual, menurut saya bukan patut yang diacungi jempol. Seperti yang dituliskan di media, http://bandung.detik.com
Dalam pandangan homoseksual (gay) yang masih banyak dianggap hina oleh publik, tentu pilihan Kang Rey justru hal yang populis, jadi tidak ada yang “istimewa”. Tetapi patut diacungkan jempol ketika seorang gay menjadi ulama dan mempunyai pandangan bahwa gay bukan hal yang buruk (dosa). Jika Kang Rey memilih itu baru sesuatu yang patut diacungkan jempol. Apa yang dipilih oleh Kang Rey memilih untuk meninggalkan gay, itulah yang diinginkan publik.
Masyarakat tentu akan “kagum” dan salut luar biasa melihat tindakan Kang Rey sekarang. Dia bisa saja meyampaikan kepublik tentang pengalaman hidupnya atau hal apapun berkaitan dengan oreintasi seksualnya. Termasuk mengkaitkan istrinya yang dianggap membantu keluar-nya menjadi gay. Tapi bagaimana publik bisa tahu, apakah Kang Rey benar-benar seorang gay? Jika benar Kang Rey Gay, siapa yang bisa yakin bahwa dirinya sekarang benar-benar tidak menjalin hubungan dengan seorang laki-laki? Hanya dirinya sendiri (Kang Rey) yang tahu itu! Bahkan istrinya sendiri saja tidak akan tahu. Karena istrinya tidak mungkin bisa mengikuti 24 jam aktivitas Kang Rey. Karena ada banyak gay di Indonesia yang menikah dengan cewek tetapi masih saja berhubungan sex dengan laki-laki, bahkan itu umumnya yang terjadi di dunia gay Indonesia. Saya tentu tidak berharap Kang Rey melakukan itu.
Jika Kang Rey menganggap bahwa gay sebuah dosa, itu hak sepenuhnya pandangan dia. Sama seperti dia memutuskan untuk menikah dengan cewek, itu juga hak dirinya. Tapi pandangan agama itu tidak tunggal. Ada pandangan agama soal homoseksual dari perspektif lain. Saya sebagai gay dan aktivis gay, meyakini bahwa hubungan sejenis bukan hal yang dosa. Soal pandangan mana yang benar, biarkan Tuhan yang menentukan.
Kegelisan akan identitas gay yang hidup di Indonesia memang banyak dialami gay di Indonesia. Jadi bukan hanya 100 orang, seperti yang diungkapkan oleh Kang Rey, ada banyak ribuan gay di Indonesia dalam kondisi “galau”. Bingung tidak tahu harus bagaimana. Situasi ini bukan kesalahan dari gay itu, tapi karena pandangan masyarakat, agama dan negara yang menstigma gay (homophobia).
Apa yang dipilih oleh Kang Rey juga menunjukkan bahwa Kang Rey memilih menikah dengan cewek dikarenakan pandangan agama (dianggap berdosa). Sebenarnya umumnya gay di Indonesia juga mengalami hal itu. Tentu situasi ini akan berbeda jika seorang gay hidup dalam negara atau masyarakat yang tidak homophobia (membenci homoseksual) seperti di negara Belanda, Perancis, Norwegia dan negara Eropa lainnya. Jadi pandangan tentang gay (baik-buruk) banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan (kebijakan negara ataupun pandangan agama). Sehingga menjadi gay menurut saya, bukan hal yang buruk ataupun terjerumus, sama seperti pilihan Kang Rey menikah dengan cewek juga bukan hal yang buruk. Semua itu pilihan merdeka setiap gay, apakah akan menikah dengan cewek ataupun tidak. Yang penting dilakukan bertanggungjawab tanpa kebohongan dan kekerasan.
Menurut saya menjadi aneh ketika itu sebuah pilihan orang lain, tetapi Kang Rey meyesatkan pihak lain yang memilih tetap menjadi gay. Benar, apa yang disampaikan oleh Kang Rey, seorang gay bisa masuk surga dan neraka, sama dengan seorang heteroseksual. Menurut keyakinan saya dalam beragama, bukan orientasi seksual seseorang yang memasukan surga dan neraka tapi tindakan kasih dan cinta sesama mahkluk, itulah yang menentukan. (Hartoyo)