Search
Close this search box.

Jogjakarta (beritajatim.com) – Jogjakarta memang kota budaya yang tak pernah membuat pelancong lokal maupun mancanegara bosan. Salah satunya wisata kuliner-nya yang unik dan terjangkau kantong wisatawan.

Kali ini wartawan beritajatim.com bersama manajemen PT XL Axiata Tbk (XL) East Java disela kegiatan uji jaringan untuk persiapan lebaran, mencoba menelusuri beberapa tempat wisata kuliner yang diminati wisatawan. Pilihan pertama kami jatuh pada rumah tempat tinggal pemilik angkringan Ruminten, yang juga telah disulap menjadi tempat nongkrong yang asyik bagi warga Jogjakarta maupun wisatawan.

Angkringan yang ada di Jl FM Noto, Kotabaru Jogjakarta ini bernama The House of Raminten. Dinamakan begitu karena memang disinilah tempat penggagas angkringan Raminten ini tinggal dan memulai aktivitasnya sebagai pengusaha angkringan Raminten serta desainer asal Jogja. Pemiliknya bernama lengkap Mas Wedana Tanoyohamijinindyo yang lahir pada Selasa Wage, 29 Bakdamulud 1941.

Awalnya rumah ini adalah warung jamu tradisional biasa, namun karena kurang diminati maka sang pemilik yang tak lain adalah model dari Raminten itu sendiri, pun menyulap rumahnya menjadi angkringan dengan nuasa tradisional Jawa. Berbagai poster potret wanita bahenol paruh baya menggenakan pakaian khas wanita Jogja lengkap dengan konde-nya menjadi penyambut tamu di depan pintu masuk angkringan itu.

Desas-desus yang ada memang Raminten bukanlah seorang perempuan tulen melainkan seorang laki-laki. Dan sebagian besar pelayannya adalah gay dan para lesbian. Namun tampaknya para pelayan yang ditanyai enggan berkomentar tentang hal ini. Namun dari foto-foto yang terpampang di ruang tamu dan tengah angkringan ini memang sebagian besar memampang foto pemiliknya dengan pakaian beskap lengkap dengan blangkonnya.

Namun jangan harap bisa langsung masuk dan menikmati keunikan makanan yang ada, karena untuk bisa dilayani para pelayan angkringan Raminten ini pengunjung harus mengantri dulu. Bahkan rombongan Xl pun tak bisa mendapatkan tempat duduk di teras depan yang disediakan untuk ruang tunggu, karena ternyata sudah dipenuhi puluhan calon pelanggan yang sudah mengantri lebih dahulu.

“Antriannya masih panjang, kalau mau menunggu monggo silahkan pesan antrian dulu di buku tamu ini,” ujar seorang pelayan perempuan yang ada didepan teras.

Melihat antrian yang panjang pun kami memutuskan untuk pulang ke hotel tempat kami menginap. Namun keesokan harinya pagi-pagi sekali kami pun langsung menuju angkringan Raminten untuk sarapan pagi. Di sini memang The House of Raminten buka 24 jam sehingga pagi hari pun kami bisa menikmati menu yang ditawarkan.

Tak hanya latar belakang sosial pelayan dan pemiliknya yang unik, ternyata menu yang ditawarkan pun unik dan sangat murah untuk tempat angkringan semewah itu. Beberapa diantaranya adalah nasi kucing yang di bandrol dengan harga Rp 2.000, ayam goreng Rp 7.000 dan yang tak kalah unik lagi, semua jenis minuman dari susu disajikan dalam gelas keramik berbentuk susu perempuan. Wedang Serai yang dibandrol dengan harga Rp 7.000 pun disajikan dalam gelas yang panjangnya sekitar 40 Cm lebih serta minuman Gajah Ndekem yang merupakan minuman teh yang diberi apel utuh yang telah dikupas dan disajikan dalam gelas yang cukup besar.

Ternyata usaha angkringan Raminten ini tak hanya ada di rumahnya saja tetapi juga di lantai 3 Mirota Batik, Jl Malioboro, Jogjakarta. Berbeda dengan dirumahnya, harga yang ditawarkan cukup mahal, bahkan bisa sampai 3 kali lipatnya. Tetapi disini menawarkan hiburan yang sangat unik dan tak ada di House of Raminten yakni pertunjukan Cabaret dari para transgender yang ada di Jogjakarta.

Menikmati sarapan di angkringan Raminten memang menghadirkan sesuatu yang berbeda, tetapi makan siang di Bale Raos yang berada di kawasan keraton Jogjakarta juga tak kalah menariknya. Usai mengikuti presentasi hasil tes uji jaringan XL kami pun menuju Bale Raos. Disini disajikan berbagai makanan dan minuman yang biasanya menjadi menu makan siang dan makan malam para raja-raja Jogjakarta dari masa ke masa.

Salah satunya, bestik Jawa dan Bestik lidah yang merupakan favorit Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang saat ini menjadi gubenur Jogjakarta. Dan juga ada Ayam tauco yang merupakan ayam yang dimasak dengan bumbu tauco yang manis dan diberi tambahan rebung muda nan gurih dan khas ini juga menjadi favorit makanan dari ayah gubenur Jogja saat ini, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

“Saya lebih memilih ayam tauco karena rasanya nan manis tetapi juga ada rasa gurih dan segarnya. Dan ternyata harganya pun tak semahal restoran lainnya yang ada di Surabaya. Jadi sangat pas jika menjadi jujukan favorit pelancong,” tandas Hazad Khan, General Affair & External Affair XL East Java.[rea]

sumber : www.beritajatim.com