NEW YORK – Isu kontroversial seputar pernikahan sesama jenis ternyata tidak hanya menarik perhatian orang dewasa, tapi juga anak-anak. Kameron Slade, siswa kelas 5 SD di PS 195 di New York, Amerika Serikat (AS), juga tertarik membicarakan isu ini.
Ini berawal ketika bocah berkacamata ini diberi tugas untuk berpidato di depan semua murid di sekolahnya. Tak tanggung-tanggung ia memilih untuk mengangkat topik kontroversial mengenai pernikahan sesama jenis.
“Satu hari kami menyaksikan berita dan presiden (Obama) sedang menyebutkan bahwa ia mendukung pernikahan sesama jenis,” kata ibu Kameron, yang meminta agar namanya tidak disebutkan, kepada ABCNews.com, Selasa (19/6).
“Kameron mengatakan, ‘Saya ingin melakukan sesuatu yang sangat berbeda. Saya tidak ingin mengerjakan hal yang sama seperti murid-murid lainnya,'” ungkap sang ibu. “Saya tanya padanya apa yang ia ketahui soal hal itu (pernikahan sesama jenis) dan apa yang ia rasakan.”
“Dia bilang, “Bu, saya tidak ingin menggunakan kata jenis kelamin.’ Jadi dia menggantinya dengan pernikahan gender,” sahutnya. “Jadi saya mengatakan, ‘Tulislah mengenai hal itu, tulis semuanya’ dan itulah yang dia lakukan.”
Kameron seharusnya membacakan pidatonya saat kontes hari Jumat pekan lalu, namun Kepala Sekolah Beryl Bailey, mengintervensi, karena khawatir jika pidato itu tidak pantas didengar oleh para murid lainnya.
“Kepala Sekolah mengatakan bahwa orang memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai hal itu dan bahwa sejumlah orangtua mungkin tidak menginginkan anak-anak mereka mempelajari topik seperti itu,” kata Kameron kepada NY1, yang pertama kali mengabarkan tentang keputusan Kepala Sekolah. “Saya sangat ingin membacakan pidato saya. Saya pikir pidato ini bisa menang.”
Nyatanya, teks pidato Kameron mencerminkan keputusan yang diambil oleh Kepala Sekolahnya.
“Ibu saya sangat terbuka dengan saya mengenai pernikahan sesama jenis. Meski demikian, ada sejumlah orang dewasa yang mungkin merasa tidak nyaman dan berpikir tidak pantas membicarakan hal ini dengan anak-anak. Saya pikir orang dewasa harus menyadari bahwa sejalan dengan anak-anak tumbuh dewasa, mereka bisa belajar tentang hal-hal seperti pernikahan sesama jenis, jadi apa gunanya mencoba untuk menutup-nutupinya?” tulis Kameron dalam pidatonya.
Sebagai gantinya, Kameron membacakan pidatonya tentang cara mencegah melakukan kekerasan terhadap binatang di depan teman-teman sekolahnya.
Kameron tidak memenangkan kontes di sekolahnya, namun perhatian media seputar keputusan Kepala Sekolah memaksa Departemen Pendidikan di New York untuk berpikir ulang.
Sebagai langkah kompromi, Konselor sekolah Dennis Walcott memperbolehkan Kameron membacakan pidatonya di sekolah hari Senin (18/6), namun hanya untuk teman-teman sekelasnya di kelas 5 saat diadakan pertemuan khusus.
“Beberapa orang mendukung pernikahan sesama jenis, sementara yang lainnya tidak setuju. Seperti Presiden Obama, saya percaya bahwa semua orang harus memiliki hak untuk menikah dengan siapa pun yang mereka inginkan. Pernikahan adalah soal cinta, dukungan dan komitmen. Jadi siapa kita boleh menghakimi orang lain? Jika kita menghakimi orang seperti ini, ini adalah bentuk prasangka. Kami harus belajar untuk menerima semua perbedaan,” ujar Kameron seperti dilaporkan, di hadapan teman-teman sekelasnya.
“…Sebagai penutup, saya berharap bahwa semua orang memahami betapa pentingnya untuk menghormati semua orang apa adanya mereka. Pernikahan sesama jenis menjadi kian populer. Saya yakin bahwa pernikahan sesama jenis haruslah diterima di seluruh dunia dan bahwa para orangtua dan guru seharusnya mulai mendiskusikan isu ini tanpa harus merasa malu terhadap anak-anak mereka.”
Ibu Kameron mengatakan bahwa mereka sekeluarga merasa kecewa bahwa Kameron tidak bisa membacakan pidatonya dalam kompetisi yang digelar di sekolahnya, namun jalan kompromi ini terbukti efektif.
“Pidato itu berjalan lancar,” sahut sang ibu. “Kameron bisa menyampaikan pidatonya, jadi dia merasa sangat senang.” (ABCNews.com)
sumber : www.shnews.co