Bagi siswa SMU, malam perpisahan merupakan malam yang paling menarik dan seperti ritual yang wajib dilakukan sebelum perpisahan. Biasanya mereka melakukan kencan di malam terakhir sebagai siswa SMU. Biasanya mereka mencari pasangan malam itu.
Namun malam perpisahan juga memiliki tantangan bagi kaum lesbian, gay, biseksial dan transgenser (LGBT) remaja. Dengan tekanan para fundamentalis, juga aktivis anti lgbt tampaknya tidak meredakan untuk membuat acara formal atau bahkan menghadiri acara perpisahan walau merupakan risiko yang besar sudah ada didepan mata, baik itu berupa cibiran ataupun intimidasi . Namun beberapa remaja mengambil risiko tersebut.
Namun bagi sebagian mereka, muncul di acara perpisahan karena ingin menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya. “Ini merupakan pengalaman pertama, tapi inilah penampilan pertama bersama pasangan yang berhasil aku temukan,” ujar salah seorang remaja lesbian.
Namun tidak semua berani melakukan hal tersebut. Seorang lelaki gay masih harus menunggu agar bisa hadir dalam acara perpisahan. “Tadinya aku berpikir masih menunggu sampai usiaku 29 tahun agar bisa mendapatkan pasangan. Namun ternyata aku menemukan pasanganku, seorang lelaki yang aku cintai,” ujarnya.
sumber : www.beritasatu.com