Search
Close this search box.

Sebagian salon dan toko roti, namun malam hari party–party kecil mereka adakan sebagai ajang tempat berkumpul. Laporan Lola Alfira, reporter radio Fas FM, Meulaboh.

Para waria tersebut menolak bersosialisasi. Wargapun mulai resah dengan kehadiran mereka. Namun berbeda halnya dengan Rusli alias Yahbit, waria tertua di Aceh Barat yang sangat dihormati warga desanya.

Suntik kecantikan
Ditemui di salon Ana Lestari, desa Cot Darat, kecamatan Samatiga, Aceh Barat, Yahbit, nama panggilan sehari-hari pria berpenampilan wanita ini, terlihat masih bugar. Di usianya mendekati 50 tahun, Yahbit mengakui sering mengkonsumsi vitamin dan melakukan suntik kecantikan agar tetap awet dan segar.

Yahbit memulai usaha salon khusus tata rias rambut di kampungnya pada tahun 1978. Pada tahun yang sama orang tua menjodohkannya dengan sepupu. Setelah dikarunia dua orang anak, Yahbit bercerai di usia ke-10 tahun perkawinannya.

Sampai sekarang Yahbit mengasuh kedua anaknya yang sudah beranjak dewasa sebagai ayah sekaligus ibu.

“Walau orang tuanya seperti ini tetap anak saya. Saya tetap punya kebanggaan karena orang tuannya yang ini lain, nggak sama. Saya kan kayak perempuan, meski aslinya laki-laki,” kata Yahbit.

“Mungkin Tuhan sudah mentakdirkan saya seperti ini. Kalau anak-anak sudah tahu sifat saya, jadi anak-anak pun bangga dengan saya seperti ini. Kalau saat ini tidak mau menikah, ingin mendidik anak-anak, karena kita lihat banyak yang sudah menikah tapi hancur rumah tangganya.”

Sedih
Yahbit mengakui perilakunya yang lebih banyak bersifat kewanitaan sejak kecil itu membuat awalnya ia bersedih, namun dukungan keluarga dan lingkungan yang bisa menerima kondisinya tersebut membuat ia merasa dihargai.

Malah di desanya Yahbit mendapat giliran tugas jaga malam, panggilan gotong royong, pengajian setiap Jumat di desa. Bahkan turun ke sawah ia lakukan dengan senang hati.

Sejak kecil ibu dan keluarga memang sudah tahu sifat Yahbit. “Mereka tidak bilang apa-apa. Yang penting tidak berbuat jahat. Saya ini hidup bermasyarakat, misalnya kegiatan di kampung ada gotong-royong, saya tetap ikut gotong-royong walaupun saya ini seperti wanita. Misalnya turun ke sawah gotong-royong nanam padi, saya ikut juga.”

Yahbit juga kebagian tugas jaga malam bersama warga. “Kena giliran malam selasa ke-15 tidak pernah ada orang yang mengganggu karena warga tahu siapa saya.”

Berjilbab
Meski memiliki postur kekar dan berperilaku wanita, Yahbit menolak berbusana wanita, layaknya para waria. Ia mengakui tetap sebagai pria ketika melakukan ibadah shalat, berada di antara laki-laki dan ingin disembahyangkan jika meninggal dunia sebagai laki-laki juga.

Untuk itu dia tidak sepaham dengan para waria atau istilahnya ocik yang meresahkan lingkungan karena tingkah laku yang negatif.

“Kalau berjilbab saya tidak mau, nggak enak karena saya tinggal di kampung. Kalau di kota terserah. Saya tetap laki-laki tapi kalau busana ada model kewanitaan dikit-dikit. Alasannnya nggak tahu yaa, nggak ada alasan lah. Kalo meninggal ingin disembahyangkan sebagai laki-laki.”

Yahbit kurang suka melihat waria di tempat ia tinggal. “Bukan karena cemburu dan iri melihat mereka, tapi memang tidak suka melihat yang mentel-mentel (genit). Saya suka banci, yang biasa-biasa ajalah, jangan suka merayap malam. Kita kerja-kerja santai, jangan berlebihan. Kalau banci datang ke rumah saya tingkahnya berlebihan saya juga tidak suka.”

Sex
Disinggung soal kebutuhan biologis, secara jujur Yahbit mengakui sudah tidak memiliki hasrat untuk melampiaskannya, baik itu kepada wanita maupun pria. Dengan kesibukannya di salon yang setiap hari melayani warga yang datang dari pelosok desa untuk menata rambut, sudah membuat dirinya lupa.

“Cuma sex ini bisa kita atasi, misalnya sudah teringat ini itu. Yang datang ke salon banyak perempuan, kalau sex ini ada pasti perempuan itu mau, tapi saya tidak mau. Kalau sudah kepingin sex saya pergi ke tempat kawan-kawan mencari hiburan jadi sexnya hilang dengan mencari kesibukan.”

Rusli alias Yahbit mempunyai impian dapat melihat kedua anaknya berhasil di pendidikan dan melihat mereka berumah tangga serta memajukan usaha salon Ana Lestari di kampung halaman.

Sumber : www.rnw.nl