JAKARTA, KOMPAS.com — Film Sanubari Jakarta, yang berisi 10 kisah masing-masing berdurasi 10 menit tentang komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), menurut para produsernya, Lola Amaria dan Fira Sofiana, bukan merupakan film yang tabu untuk ditonton.
“Sebenarnya ini juga edukasi. Mereka manusia biasa yang juga punya hak asasi,” tekan Lola dalam jumpa pers di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta, Senin (9/4/2012).
Isu LGBT menurut Lola bukan lagi rahasia umum di Jakarta, dengan kepadatan (hampir sembilan juta jiwa) dan keragaman penduduknya. “Film ini based on actual event. Saya enggak mau film ini nantinya malah jadi ngarang. Semua kejadiannya nyata di Jakarta, hanya dramanya saja yang kami buat,” ujar Lola.
Dengan film Sanubari Jakarta, Lola bersama Fira berupaya menyampaikan pesan bahwa kaum LGBT juga memiliki hak asasi. “Saya dan teman-teman niatnya bikin film bukannya nge-judge atau membela, tapi lebih kepada manusianya, bahwa kita juga manusia biasa yang punya hak, kemudian dihargai dan diterima. Mungkin lebih kepada siapa sih yang mau dilahirkan berbeda. Kita sebagai manusia memperlakukan mereka jangan dibedakan,” jelas Lola.
Lola menjamin, diproduksi oleh Yayasan Kresna Duta, bekerja sama dengan Ardhanary Institute atas dukungan Ford Foundation, film yang digarap oleh 10 sutradara muda tersebut sudah lulus sensor dan siap diputar serempak di gedung-gedung bioskop nasional mulai 12 April 2012. “Film ini sudah lulus sensor seminggu yang lalu dan akan diputar di bioskop mulai 12 April 2012. Ada beberapa bagian yang disensor, ya apa boleh buat. Untuk bisa masuk ke main stream, harus dipatuhi saja,” ujar Lola lagi.
sumber : http://entertainment.kompas.com