Search
Close this search box.

Kelompok Anti “Gay” Umumnya Juga “Gay”

KOMPAS.com — Anda tahu ketika ada seseorang yang selalu bersikap anti-gay, dan berteriak paling kencang tentang perilaku pasangan gay? Ada kemungkinan, ia sendiri sebenarnya juga tertarik pada sesama jenis, tetapi tidak mengakuinya, demikian kesimpulan sejumlah studi psikologi.

Hal ini merupakan kesimpulan dari sebuah studi yang dilakukan oleh universitas di New York, California, dan Essex, Inggris, setelah mengadakan empat eksperimen terhadap 160 siswa sekolah di Amerika dan Jerman. Responden diminta untuk mengisi kuesioner mengenai bagaimana mereka dibesarkan oleh orangtuanya, apa yang dikatakan orang mengenai seksualitas mereka.

Jawaban mereka dibandingkan dengan bagaimana reaksi mereka ketika diberi tugas untuk membaca dan melihat gambar-gambar pasangan homo atau hetero. Eksperimen ini tanpa mereka sadari menunjukkan seberapa gay mereka sebenarnya.

Para peneliti mendapati bahwa responden dengan orangtua yang lebih mengekang, tidak menerima kehadiran gay, cenderung lebih mengidentifikasi diri sebagai orang yang “lurus” alias hetero, tetapi pernah merasa tertarik pada sesama jenis. Adapun mereka yang dibesarkan dalam lingkungan rumah yang lebih suportif dan terbuka, lebih mudah menerima seksualitas mereka.

Responden yang memiliki jurang yang lebih lebar antara identitas mereka secara sadar dan hasrat bawah sadar kemungkinan lebih berpegang pada sikap homofobianya.

“Individu yang menganggap dirinya lurus, tetapi dalam tes psikologi menunjukkan ketertarikan yang kuat pada sesama jenis kemungkinan terancam oleh gay dan lesbian, karena kaum homoseksual mengingatkan mereka pada kecenderungan yang serupa dalam diri mereka,” ujar Netta Weintstein, peneliti dari University of Essex.

Itulah sebabnya kaum homofobia menunjukkan keengganan yang sengit terhadap orang-orang gay, dan takut terhadap mereka. Menurut Profesor Richard Ryan dari University of Rochester di New York, yang turut membantu penelitian ini, orang-orang anti-homo “berperang” dengan diri mereka sendiri mengenai isu homoseksual, dan mengubah konflik di dalam diri mereka itu kepada orang lain. Sebagian kaum homofobia yang tidak menerima seksualitas mereka merasakan dorongan untuk menyerang kaum homoseksual karena rasa takut hasrat mereka yang tertindas itu akan muncul ke permukaan.

Sudah ada beberapa contoh mengenai politikus yang mengampanyekan anti-gay, tetapi belakangan terjerat dalam skandal seks sesama jenis. Di antaranya Roy Ashburn, senator di negara bagian California, yang dikenal menentang hak-hak kaum gay. Suatu ketika ia dihentikan polisi karena mengemudi dalam kondisi mabuk bersama seorang pria di dekat sebuah bar gay di Sacramento. Beberapa hari kemudian, Ashburn mengakui dirinya gay.

Ada pula Gubernur New Jersey James McGreevey yang kedapatan selingkuh dengan seorang pria gay saat sedang melobi untuk menentang hak-hak kaum gay. Ia mengundurkan diri dari jabatannya, dan akhirnya mengakui seksualitasnya yang sebenarnya.

Tim peneliti berharap, penemuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa kaum gay dan lesbian sering menjadi sasaran tindak bullying dan kebencian.

 sumber : female.kompas.com