CAPE TOWN: untuk pertama kalinya, para peserta yang masuk dalam babak final Mr Gay 2012 bertandang ke Benua Afrika, sebuah benua yang menerapkan hukum mati pada LGBT.
Tahta Jawara Tahun ini di raih oleh Andreas Derleth32tahun, berasal dari Selandia Baru. Juara ke dua di raih oleh Lance Weyer (afrika selatan), juara ketiga Remy Frejaville (prancis), harapan satu Kevin Scott Power (amerika serikat), dan harapan dua diraih oleh Thom Goderie (belanda).
Taurai Zhanje, kontestan berasal dari Zimbabwe menarik diri karena mendapatkan tekanan, serta mendapatkan intimidasi dari pemerintahnya. ungkap Coenie Kukkuk direktur untuk wilayah afrika.
Lance Weyer, kontestan yang berasal dari Afrika Selatan, adalah anggota dewan lokal terpilih untuk Aliansi oposisi Demokrat di kota pesisir Timur London. Dia memuji Afrika Selatan karena Negaranya mendukung hak-hak gay di forum seperti Dewan HAM PBB, bahkan dalam menghadapi oposisi dari banyak negara Afrika lainnya.
“Kita perlu bekerja dengan pemerintah untuk terus memberikan pemahaman tentang hak-hak asasi manusia khususnya hak-hak gay dalam bernegara,” ungkap Lance ketika diatas panggung.
Afrika Selatan masih banyak terjadi diskriminasi dan kekerasan yang dihadapi oleh LGBT. Lesbian sering kali menjadi target “pemerkosaan korektif” – di mana pelaku mengklaim pemerkosaan akan “menyembuhkan” homoseksualitas mereka.
Di beberapa negara Afrika, seperti Botswana dan Malawi, kesadaran untuk mengorganisir diri mulai tumbuh dan berkembang media ponsel dan Internet menjadi alat komunikasi yang efektif dalam membangun komunitas-komunitas dibeberapa wilayah. Dan Mereka juga sudah mulai membentuk organisasi baru atau bekerja dengan kelompok-kelompok hak-hak prodemokrasi untuk mendorong perubahan.
Di Bulgaria, mantan atlet Olimpiade Chavdar Arsov kehilangan pekerjaannya sebagai pelatih luge untuk tim nasional setelah ia berpartisipasi dalam kontes.
Cina telah melarang kompetisi dan secara resmi ditegur hanya pernah kontestan-negara itu, Xiao Dai, yang menentang larangan oleh Beijing untuk berpartisipasi dalam kontes 2010 di Oslo.
Sebagian besar kontestan berasal dari Eropa dan Amerika, dengan tidak ada dari dunia Muslim dan beberapa dari Afrika dan Asia.
Dan untuk kompetisi pada sesi kostum dan pakaian renang minim, Kukkuk mengatakan kontes tersebut dapat menjadi kekuatan untuk perubahan. “kontes ini mencari duta (gay) global yang dapat bersuara akan hak asasi manusia,” katanya. “Laki-laki yang pintar dan berwawasan yang ingin kamu temukan dalam kontes ini”.
Di Ethiopia, Kukkuk berkata, “awalnya tidak pernah ada pembicaraan atau diskusi atau debat tentang ( isu-isu LGBT sebelumnya. Tapi sekarang sudah mulai ada. ”
Di Namibia, Wendelinus Hamutenya menjadi pusat perhatian dunia karena tak lama ketika ia mendapatkan gelar Mr gay ia mendapatkan kekerasan dari orang tak dikenal hingga harus di rawat dirumah sakit selama dua minggu.
Menurut Hamutenya, serangan berupa kekerasan yang ia adaptkan merupakan kejahatan berdasarkan perbedaan orinetasi seksual, dan ia mengatakan bahwa sejak memenangkan gelar, dia membangun sebuah kelompok dukungan untuk komunitas gay di Nambibia melaui jejering sosial Facebook yang cukup berkembang hingga ada 900 anggota.
Pemerintah Namibia juga telah mendekatinya untuk melakukan survei pertama yang akan melakukan pendataan LGBT. “Itu terobosan merupan terobosan yang baik,” ungkap Hamutenya.
Sumber : www.homorazzi.com