Presiden Amerika Serikat Barack Obama mencetak rekor karena mempekerjakan lebih dari 150 gay dan lesbian dalam pemerintahannya. Para penyuka sesama jenis tersebut dipekerjakan di berbagai divisi, mulai dari kepala agen, anggota komisi, staf senior, hingga pejabat pembuat kebijakan.
Seperti dikutip VIVAnews dari laman Associated Press, hal ini diketahui berdasarkan data yang diungkap sebuah organisasi gay dan lesbian di Amerika. Organisasi ini menyebut, dari 150 gay dan lesbian tersebut, 124 di antaranya menduduki jabatan pejabat senior pemerintahan. “Mereka bekerja karena ditunjuk langsung oleh Obama,” ujar Denis Dison, juru bicara institusi tersebut.
Dia mengaku mendapat kabar dari pemerintahan, bahwa para gay dan lesbian sengaja dipekerjakan Obama karena pemerintahan Obama ingin keberadaan mereka menjadi bagian dari usaha keberagaman. Kebijakan Obama ini sekaligus untuk meredam kekecewaan para aktivis gay yang menilai, Obama tidak cukup tanggap mengatasi masalah diskriminasi gay dan lesbian. Masalah yang paling banyak disorot di antaranya adalah kebijakan “jangan tanya, jangan ceritakan” yang melarang gay untuk berkarir di kemiliteran.
Lesbian pertama yang bekerja di Gedung Putih sekaligus pembuka jalan bagi kaum homoseksual lainnya adalah Roberta Achtenberg pada tahun 1993. Dia menjabat sebagai wakil menteri perumahan dan perkembangan kota pada pemerintahan Bill Clinton.
Sejak tahun 2008, institusi ini telah membantu menyeleksi ribuan pelamar dari para gay dan lesbian yang masuk untuk menjadi staf pemerintahan AS. Dison mengatakan bahwa mereka juga berusaha mendorong meningkatnya angka gay dan lesbian di pemerintahan.
Michael Cole, dari organisasi HAM gay, Human Right Campaign (HRC), mengatakan bahwa peningkatan jumlah gay dan lesbian pada Gedung Putih adalah sebuah perkembangan yang membanggakan. Namun menurutnya, hal lain yang lebih penting lagi adalah melakukan peningkatan pada undang-undang. Diantaranya yang perlu diperjuangkan adalah pencabutan kebijakan “jangan tanya, jangan katakan” di militer AS dan penarikan undang-undang perkawinan yang tidak mengakui pernikahan sejenis.
Kalau Obama di pemerintah AS memberikan “afirmatif” khusus bagi kelompok gay dan lesbian, bagaimana dengan pemerintahan SBY di Indonesia? Ourvoice memastikan bahwa kelompok gay dan lesbian juga ada di jajaran pemerintahan SBY, tetapi yang membedakan pemerintahan Obama melakukannya lebih sadar dan politis sedangkan pemerintahan SBY “pura-pura malu”.
Sumber : vivanews.com dan berbagai sumber